NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin meminta agar polemik patung raksasa Guan Yu Chang yang bergelar Kwan Sing Tee Koen (Kwan Kong) di Klenteng Kwan Sing Bio di Tuban Jawa Timur diselesaikan secara damai tanpa ada kekerasan. Pasalnya keberadaan patung setinggi 30 meter tersebut menuai banyak kontroversi.
“Diselesaikan saja dengan cara damai, jangan ada kekerasan,” kata Ma’ruf Amin, malam Jum’at (10/8/2017) di Gedung PBNU, Jakarta Pusat.
Dirinya meminta kepada pemerintah daerah kabupaten Tuban untuk mencarikan solusi terbaik untuk mengatasi persoalan patung tersebut. “Pemda bisa cari solusi yang tepat yang damai, jangan ada gerakan yang memecah belah. Untuk dipindahkan atau apa,” imbuhnya.
Rois Aam PBNU ini juga mengingatkan, kontroversi keberadaan patung Kong Co Kwan Sing Tee Koen di Klenteng Kwan Sing Bio di Tuban disa dicarikan solusi yakni dengan melalui kesepakatan. “Kita, bangsa ini kan selalu ada solusi. Negara ini ada solusi kebangsaan, kesepakatan. Kesepakatan adalah kunci untuk menyelesaikan persoalan-persoalan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Presidium Generasi Muda Khonghucu Indonesia, Kris Tan (6/8) menilai pembangunan patung di dalam Kompleks Kelenteng Tuban merupakan sikap yang tidak peka terhadap keutuhan berbangsa dan bernegara. Karena memang sosok Kwan Seng Tee Koen tak memiliki irisan sejarah dengan kepahlawanan di Indonesia.
“Maka Generasi Muda Khonghucu Indonesia gemaku.org mengimbau dan mendesak pihak Kelenteng Tuban untuk segera membatalkan rencana atau membongkar patung tersebut karena sama sekali tidak sesuai dengan prinsip tradisi etnis Tionghoa yang mengedepankan kemanusiaan dan cinta kasih. Dan daripada mencederai kehidupan berbangsa maka sebaiknya segera patung tersebut dibongkar saja,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa ketika Kwan Seng Tee Koen menjadi gubernur di daerah Jingzhou justru menganjurkan pada seluruh pengikutnya untuk menghargai apa yang memang menjadi aturan rakyat Jingzhou. Kwan Seeng Tee Koen juga merupakan salah seorang tokoh yang mengajarkan seseorang harus mengabdi dan cinta pada tanah air yang ditinggali olehnya di mana pun dia berada.
“Jika patung tersebut justru mencederai prinsip berbangsa maka Shen Ming Kwan Seng Tee Koen pun dipastikan tidak akan pernah sependapat jika dirinya disejajarkan dengan Sang Pencipta sebab ia adalah tokoh yang justru dijunjung tinggi karena kesetiaannya kepada persahabatan sejati dan patriotisme di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung,” katanya.
Karena menui banyak pertentangan, akhirnya patung setinggi 30 meter di halaman belakang tempat ibadah itu ditutup dengan kain oleh pengurus Klenteng sejak Sabtu (5/8) lalu. Penutupan patung dilakukan berdasarkan rapat koordinasi antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban dengan pengurus Klenteng.
Pewarta: Ucok Al Ayubbi
Editor: Romandhon