NUSANTARANEWS.CO – Nasib etnis Rohingya di Rakhine State serba salah. Saat pasukan keamanan datang, desa mereka dibakar dan diberondong tembakan saat mereka melarikan diri.
Dilaporkan, pasukan keamanan di Burma menggunakan taktik membakar rumah untuk mengusir Muslim Rohingya. Bukti terbaru telah ditunjukkan pihak Amnesty Internasional.
Seluruh desa Rohingya dibakar oleh sekelompok orang yang main hakim sendiri, begitu pula dilakukan pasukan keamanan Myanmar. Rohingya kemudian berusaha melarikan diri, tapi justru dihujani peluru.
Citra Satelit mengunggah foto dan video yang secara kuat mengindikasikan setidaknya ada 80 titik kebakaran sekala besar di daerah-daerah yang didiami Rohingya di Rakhine sejak 25 Agustus lalu. Padahal, selama empat tahun terakhir sensor satelit tak pernah mendeteksi adanya kebakaran di Rakhine.
Baru, setelah digelarnya operasi pasukan keamanan Myanamr, kebakaran tiba-tiba muncul. Tingkat kerusakan akibat kebakaran tidak dapat diverifikasi karena adanya pembatasan akses oleh pemerintah Burma. Amnesty Internasional mensinyalir kemungkinan besar pasukan keamanan Myanmar telah membakar habis seluruh desa, yang memaksa puluhan ribu orang melarikan diri dari teror mematikan tersebut.
- Bagi PBB, Myanmar Telah Lakukan Tindakan Pembersihan Etnis Rohingya
- RRC Penentu Konflik Hukum Civic Rohingya vs Konflik UU WNI
- Di Balik Konflik Etnis Rohingya di Rakhine
- HMI Sebut Tragedi Rohingya, Potret Penganiayaan Negara Terhadap Rakyatnya
- PBB, ASEAN dan OKI Didesak Turun Tangan Sikapi Kasus Genosida Etnis Rohingya
- Sudah Sejak Lama Etnis Rohingya Alami Kekerasan dan Pembantaian
Gambar setelit dari jalur desa Inn Din, sebuah desa etnis campuran di Maungdaw Selatan, menunjukkan bagaimana area rumah Rohingya dibakar habis, sementara daerah non-Rohingya di sampingnya justru tidak tersentuh sama sekali.
Seorang pria berusia 48 tahun, seperti dikutip The Independent, mengatakan bahwa dia menyaksikan pasukan Myanmar menyerbu desa Yae Twin Kyun di daerah utara Maungdaw pada 8 September lalu.
“Ketika pasukan tiba, mereka mulai menembaki orang-orang yang membuat mereka ketakutan dan melarikan diri. Saya melihat pasukan keamanan menembak banyak orang dan membunuh dua anak laki-laki. Mereka membakar rumah kami. Dulu ada 900 rumah di desa kami, sekarang hanya 80 yang tersisa,” kata dia.
Diperkirakan jumlah kebakaran dan tingkat kerusakan properti sangat tinggi. Namun, karena tertutup awan selama musim hujan membuat satelit kesulitan menangkap semua titik yang terbakar.
Direktur Penanggulangan Krisis dari Amnesty Internasional, Tirana Hassan mengkonfirmasi bahwa mereka yang melarikan diri melintasi perbatasan menuju Bangladesh merupakan korban dari tindakan pembersihan etnis atau genosida. (ed)
(Editor: Eriec Dieda)