EkonomiMancanegaraPolitik

Prediksi Buku Ghost Fleet Soal Indonesia 2030, Denny JA: Agak Berlebihan

NusantaraNews.co, Jakarta – Ahli ilmu politik luar negeri P.W Singer menyinggung dalam bukunya “Ghost Fleet” bahwa Indonesia bisa lenyap di tahun 2030. Dalam buku tersebut, bersama rekannya August Cole, mereka mencoba memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan dalam konflik global.

Menurut pengamatan Sastrawan Dennya JA setelah membaca buku tersebut, isinya lebih banyak menceritakan bangkitnya China selaku super power yang bahkan melampaui Amerika Serikat. Dan Indonesia sebenarnya disinggung lebih sebagai pembuka dan sambil lalu.

“Indonesia saat itu, di tahun 2030, disebut novel tersebut menjadi negara yang gagal, Failed State. Ini kondisi yang jika lebih buruk lagi bisa mengarah pada collapse seperti yang dialami Uni Sovyet dan Yugoslaviakia, dua negara yang hilang dalam peta. Namun Failed State tak otomatis semakin buruk jika bisa diperbaiki,” ungkap Denny dalam review berjudul “Indonesia akan “Musnah” di tahun 2030?”, Rabu (20/9/2017).

Baca juga: Paparan Cerdas Peneliti Soal Pernyataan Indonesia akan “Musnah” di tahun 2030

Baca Juga:  Pimpinan DPRD Nunukan Periode 2024-2029 Diambil Sumpah dan Janji Jabatannya

Direktur LSI ini mengaku dirinya mendalami lebih jauh perihal Failed State, dan bagaimapula ia diukur secara kuantitatif dalam Fragile State Index.

“Failed State, negara gagal, atau dengan tanda kutip kita sebut negara yang mungkin “musnah,” adalah kondisi ketika kemampuan pemerintah untuk mengelola kompleksitas negara berada pada titik rendah. Menurunnya wibawa pemerintah nasional mengancam keberlangsungan negara yang berdaulat. Meluas ketidak nyamanan warga,” urai Denny.

Beberapa indikatornya, kata dia, dapat dikenali. “Terjadinya penurunan kesejahteraan masyarakat yang signifikan, atau yang disebut economic collapse. Di samping bertambahnya kemiskinan, juga di sana sini terjadi kerusuhan akibat kondisi ekonomi,” katanya.

Pada saat yang sama, lanjutnya, pemerintahan pusat punya legitimasi yang menurun di mata rakyatnya. Itu bisa beberapa sebab. Bisa karena “moral decay” terjadinya korupsi menghebat pada institusi pemerintahan yang diketahui luas.

“Bisa pula itu karena berkembangnya sentimen negatif, rasa ketidakadilan pemerintah dalam mengelola ragam kelompok komunal, ideologis, dan primordial,” imbuhnya.

Baca Juga:  Bandara Internasional Dhoho Diresmikan, Kediri Bisa Jadi Pintu Gerbang Indonesia Wilayah Jatim Bagian Selatan

Menrut Denny, konsep negara gagal sendiri masih kontroversial dalam perdebatan konsep politik. Itu terminologi yang longgar dan sulit mengukurnya. Sebagaian akademisi membuatnya lebih kuantitatif dan merumuskan dalam index yang disebut Fragile State Index.

Dalam Fragile State Index tahun 2017, tambah dia, sebenarnya rangking Indonesia tetap berada di posisi yang aman. Kondisi kita lebih baik, tentu saja dari beberapa negara seperti Iran, Iran, Pakistan. Namun juga Indonesia lebih buruk dibandingkan Malaysia, Brunei, Kuwait, apalagi negara Skandinavia. “Rangking Indonesia berada di nomor 94 terburuk dari 178 negara yang diukur,” tutur Dennya.

Dengan data kuantitatif di atas, simpulnya, prediksi novel Ghost Fleet itu agak berlebihan. “Secara positif kita sebut saja prediksi novel itu berfungsi sebagai wake up call saja. Ada ahli yang dengan data dan ketajaman analisisnya sudah berkata: Hei, hati hati! Jangan terlalu santai. Negaramu bisa musnah!” tegas Dennya.

Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 17