Berita UtamaKolom

Perjanjian Paris, Bahan Bakar Fosil dan Energi Terbarukan

Angin dan tenaga surya semakin murah setiap tahun. (Foto: Getty Images)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ada tiga kemajuan teknologi yang menggabungkan untuk mengalihkan keseimbangan dari bahan bakar fosil yakni angin, matahari dan baterai. Ketiganya merupakan sumber energi baru terbarukan lebih murah, bebas polusi lagi bersih.

Kini masyarakat dunia tengah heboh dengan sikap Amerika Serikat yang mengundurkan diri dari Perjanjian Iklim Paris. Ketika kita menekankan bahwa sumber energi baru terbarukan lebih murah daripada bahan bakar fosil, maka kita tidak memerlukan subsidi atau kesepakatan internasional seperti Paris untuk mengubah dunia menuju ekonomi rendah karbon.

Tampaknya saat ini belum siap. Sebab, saat ini bahan bakar fosil menyediakan sekitar 80 persen energi primer global. Pesawat terbang misalnya, sulit menggantikan minyak sebagai sumber energinya, sekurang-kurangnya satu generasi lagi.

Lima tahun lalu, orang khawatir tentang tingginya permintaan minyak sementara pasokan tidak mencukupi. Namun sekarang, permintaan tersebut perlahan tapi pasti sudah mulai menurun. Tren penurunan ini juga terjadi pada batu bara, di mana pada 2015 lalu produksinya di dunia turun, yang berarti pertama kali terjadi sejak tahun 1998.

Baca Juga:  Kerahkan Baladewa Dukung Khofifah-Emil di Pilgub, Ahmad Dhani: Optimis Menang 60 Persen

Kini, energi terbarukan tampaknya mulai mendesak. Tingkat polusi udara sebagai dampak dari bahan bakar minyak sudah mencapai titik nadir. Dan hal ini menyebabkan terjadinya pemanasan global yang selanjutnya dikaji hingga melahirkan kesepakatan iklim Paris. Salah satu poinnya ialah membatasi pemanasan global hingga maksimum 2 derajat Celcius hingga tahun 2100.

Sekadar informasi, Cina adalah negara paling banyak menyumbang karbondioksida sebanyak 24%. Negara lain, di antaranya Amerika Serikat (12 %), Uni Eropa (9 %), India (6 %), Brazil (6 %), Rusia (5 %), Jepang (3 %), Kanada (2 %), Kongo dan Indonesia masing-masing (1,5 %).

Energi terbarukan dinilai lebih menjanjikan keuntungan dan berkelanjutan dibanding energi minyak bumi. Bahkan, rezim BBM dunia Rockefeller dikabarkan mereka akan menjual investasi mereka di minyak bumi untuk dialihkan ke sektor energi terbarukan.

Selain angin, matahari dan baterai, ada energi terbarukan lainnya terutama hidro yang sudah lama terbentuk dan bekerja dengan sangat baik. Begitu juga dengan tenaga nuklir. Tapi kapasitas untuk meningkatkan hidro terbatas dan ada masalah lingkungan yang kuat, misalnya proyek Three Gorges di China. Dan terlepas dari kekhawatiran lingkungan yang lebih besar tentang nuklir, hal itu tidak dapat dilakukan secara komersial. Tidak ada satu pembangkit listrik tenaga nuklir tunggal yang dibangun di manapun di dunia tanpa dukungan pemerintah.

Baca Juga:  Mengulik Peran Kreator Konten Budaya Pop Pada Pilkada Serentak 2024

Sebaliknya angin dan tenaga surya semakin murah setiap tahun, dan jauh lebih cepat dari perkiraan siapa pun dari dua atau tiga tahun yang lalu. Ada tiga alasan untuk ini.

Salah satunya adalah penghematan. Turbin angin sekarang lebih baik daripada lima tahun yang lalu: lebih murah untuk dibangun dan menghasilkan lebih banyak tenaga dari jumlah angin tertentu. Biaya panel surya lebih cepat lagi, China telah menyiapkan produksi dan perbaikan desain. Begitu pula India dan Australia.

Baca: Membaca Tanda-tanda Zaman Ambruknya Rezim BBM Dunia

Yang kedua adalah biaya lunak instalasi. Biaya admin dan servis juga turun. Kit itu sendiri lebih murah, tapi selain itu biaya menjalankan kit juga menjadi lebih murah.

Ketiga, ada skala. Coba kita memikirkan di atap rumah tersedia panel surya (tenaga surya). Itu jauh lebih murah. Tapi efisiensi yang lebih besar lagi berasal dari solar berskala utilitas. Hanya saja anda harus memiliki tanah dan harus memiliki sinar matahari yang cukup. Tapi di tempat-tempat seperti Arizona, di mana sebagian besar tanahnya sepi dan ada banyak sinar matahari, ia bekerja sangat efektif.

Baca Juga:  EU High Representative Reaffirms ‘Immense Value’ of Strategic Partnership with Morocco

Penurunan biaya penyimpanan baterai melengkapi pergeseran ke energi terbarukan. Pun juga pembangkit listrik tenaga angin. Di kawasan pesisir, angin datang silih berganti. Semakin banyak kapasitas baterai yang bisa dibangun ke dalam sistem semakin besar ketahanannya.

Peralihan ke mobil listrik juga terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan bahkan dua tahun yang lalu, karena Tesla telah menakut-nakuti produsen mainstream.

Selain angin, matahari baterai dan hidro, apakah ada sumber energi lainnya? Ada. Ombak dan bendungan air bisa menghasilkan energi. Tapi di kota-kota besar, cukup sulit untuk mendapatkan energi ombak ini. Dan yang paling realistis di masa depan ialah tenaga angin dan tenaga surya. (ed/H. McRae)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 11