Peristiwa

Mantan Rektor UIN Jogja Klarifikasi Pernyataan Khalid Basalamah

NUSANTARANEWS.CO – Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Machasin angkat bicara mengenai video ceramah dari Dr Khalid Basalamah berjudul “Khalid Basalamah Beberkan Rahasia Universitas Penganut Paham Liberal di Jogja”. Video ini diunggah di laman YouTube pada Juli 2017.

“Baru saja saya dengarkan video Khalid Basalamah tentang UIN Sunan Kalijaga. Memang saya ‘mendengarkan’ sambil membuat catatan,” ungkap Prof Machasin dalam keterangan tertulisnya.

Ringkasnya, sambung Prof Machasin, yang dikatakan Khalid Basalamah mengandung hal-hal sebagai berikut:

Ceritanya berawal dari pertanyaan mengapa banyak gempa di Yogyakarta yang terjadi setiap tahun sampai melongsorkan satu kecamatan dst.

Kemudian KB (Khalid Basalamah) jelaskan mengapa gempa seperti itu terjadi di Jogja?  Penjelasan dimulai mendaftar S3 di UIN Sunan Kalijaga sekitar sepuluhan tahun yang lalu dan diundang untuk tes. Ia pun datang, tapi ternyata tidak dapat ikut tes, karena pelaksanaannya diajukan.

Ketika dia masuk ke Pasca, ternyata banyak orang memperhatikan janggutnya, katanya. Ini karena di situ banyak JIL yang dibentuk Orientalis Kanada, yakni Gereja Kristen dan kaum Yahudi yang mendirikan McGill [University]. Di McGill banyak orang hafal Qur’an dan Hadis, tapi mereka bukan Muslim dan mempelajari kelemahan Islam untuk menghancurkannya.

Baca Juga:  Ar-Raudah sebagai Mercusuar TB Simatupang

Di kampus, kalau ada mahasiswa yang salat diolok-olok. Pendeta diundang untuk mengajar Kristen, dengan alasan ambil dari sumbernya, padahal kalau belajar al-Qur’an bukan dari ulama.

Semua agama benar dan penganutnya akan masuk surga. Enak sekali, kalau begitu, katanya. Cukup nyanyi-nyanyi seminggu sekali dapat masuk surga, tidak perlu masuk Islam. Survey Internasional terbesar tentang free sex di Asia, Yogya terbesar setelah Thailand. Kesimpulannya, gempa banyak terjadi di Yogyakarta karena kemaksiatan yang banyak terjadi dan dibiarkan di sana.

Perkataan “Ustadz” Khalid Basalamah, kata Profesor Bidang Sejarah dan Kebudayan Islam UIN ini dinilai mengandung banyak kebohongan, kesalahpahaman dan ketidakakuratan.

Kebohongannya: (1) Di Yogyakarta tidak pernah ada kecamatan yang longsor kerena gempa. (2) Tes masuk S3 di Pascasarjana. Apalagi kalau dikatakan sepuluhan tahun yang lalu [sebelum pembuatan video ini], maka saat itu bisa jadi sayalah direkturnya dan saya tidak pernah memajukan waktu tes.

(3) Di kampus orang salat diolok-olok, katanya, padahal setiap zuhur di hari kerja mesjid UIN banyak mahasiswa ikut salat jama’ah dan kalau Jum’atan mesjid kampus penuh dengan jamaah yang kebanyakannya mahasiswa. Ini bisa dilihat sampai sekarang. Di waktu-waktu salat yang lain pun ada salat berjama’ah yang diikuti mahasiswa.

Baca Juga:  Bencana Hidrometeorologi Incar Jawa Timur, Heri Romadhon: Masyarakat Waspadalah

Kesalahpahaman: (1) Pendeta mengajarkan Kristen. Dalam mempelajari keyakinan lain, memang diperlukan informasi dari penganutnya. Pandangan orang luar memang dapat obyektif, tetapi penghayatan agama atau keyakinan akan diberikan dengan lebih tepat oleh sang penganut. (2) Semua agama benar. Semua agama benar menurut penganutnya dan orang lain tidak perlu mencampuri keyakinan orang lain. Orang boleh saling berbagi pengalaman atau bertukar pandangan mengenai keyakinan, namun tidak boleh mengolok-olok atau mempersalahkan.

(3) Survei internasional free sex yang menempatkan Yogya pada peringkat kedua di Asia setelah Thailand. Survei ini tidak pernah ada. Yang ada adalah beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh kelompok Dasakung mengenai hal seperti ini beberapa tahun yang lalu. Penelitian yang menghebohkan pada saat disampaikan ke publik itu diragukan keakuratannya dan pemilihan samplenya.

Ketakakuratan: (1) Mengenai orientalis. Orientalis sebenarnya berarti orang yang mempelajari dunia Timur (Orient) dan tidak hanya Islam. Memang kemudian istilah ini berarti orang Barat yang mempelajari ketimuran, termasuk Islam. Akan tetapi orientalis tidak hanya terbatas pada Kanada, apalagi McGill.

Baca Juga:  Sampaikan Simpati dan Belasungkawa, PPWI Lakukan Courtesy Call ke Kedubes Rusia

(2) Orang d UIN Sunan Kalijaga belajar al-Qur’an tidak dari ulama. Siapa ulama itu? Apakah dosen UIN yang mengajar tafsir al-Qur’an tidak dapat disebut ulama, padahal sebahagian dari mereka menjadi rujukan dalam kepakarannya di bidang tafsir? (*)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3