NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan saat tren lahan pertanian di Indonesia terus mengalami penyusutan. Situasi ini kata dia, akan menjadi bahaya bagi ketahanan pangan nasional.
“Kita tidak berharap ini terjadi terus. Kalau terjadi terus, ini akan jadi bahaya di ketahanan pangannya, apalagi jumlah penduduk Indonesia akan semakin meningkat,” kata Suhariyanto, di Jakarta, Kamis, 25 Oktober 2018.
Berdasarkan data yang berhasil dirilis oleh BPS dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), fenomena penurunan luas lahan baku sawah tampak pada tahun ini. Dari yang semula dari 7,75 juta hektar menyusut menjadi 7,1 juta hektar.
Baca Juga:
Lahan Pertanian Mangkrak, Kementan: Naif Jika Bergantung pada Pemerintah
Lahan Habis untuk Infrastruktur, Pertanian di Pulau Jawa Semakin Terancam
Pertanian Terlalu Fokus di Jawa, Konversi Lahan Mengancam
Suhariyanto menjelaskan, tren menurunnya lahan pertanian nasional dipicu adanya kegiatan konversi lahan ke berbagai jenis pembangunan yang tak terkontrol.
“Jadi ada konversi lahan dari pertanian ke berbagai pembangunan, ini tidak bisa dihindari,” ungkap dia.
Dirinya menjelaskan, kecepatan laju konversi lahan tak berbanding lurus dengan upaya pemerintah dalam melakukan perluasan dan peningkatan jumlah lahan baku pertanian.
“Kecepatannya jauh lebih lambat dari konversi, sehingga lahan kita menjadi 7,1 juta hektar,” sambungnya.
Sebagai informasi, sebelumnya pada janji kampanye Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 silam, Jokowi dalam butir visi misinya berjanji akan melakukan perluasan lahan pertanian.
“Kami akan mewujudkan kedaulatan pangan melalui kebijakan perbaikan irigasi rusak dan jaringan irigasi di 3 juta hektar sawah, 1 juta hektar lahan sawah baru di luar Jawa, pendirian bank petani dan UMKM, gudang dengan fasilitas pengolahan pasca panen di tiap sentra produksi,” ungkap Jokowi.
Editor: Alya Karen