Politik

Komisi IX: Gerakan Pemuda atau Mahasiswa Saat Ini Dinilai Tumpul

Suasana diskusi/Foto nusantaranews
Suasana diskusi/Foto nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO – Sumpah Pemuda dikultuskan sebagai gerbang awal perlawanan pemuda-pemuda tanah air dalam mengusir penjajah, yang puncaknya adalah dibacakannya prolkamasi kemerdekaan oleh Soerkarno. Selanjutnya, gerakan pemuda atau mahasiswa senantiasa mengisi setiap perjuangan rakyat dalam melawan penindasan dan ketidak-adilan. Kumandang perlawanan tahun 90-an sampai menemukan titik akhir pada bulan mei 1998 tak lain adalah kerasnya tekad mahasiswa dalam melawan kesewenang-wenangan rezim waktu itu.

Tidak dapat disangkal, bahwa mahasiswa sebagai agent of control telah banyak mencetuskan hasil dalam sejarah perjalanan bangsa dan negera Republik Indonesia. Tentu saja, ada banyak dinamika di dalamnya. Bahkan tidak sedikit dongeng-dongeng miring tentang gerakan mahasiswa di balik segenap perjuangan yang dilakukannya dalam menggiring Indonesia menjadi sebagaimana yang ada hari ini.

Sejarah memang telah mencatat bahwa, gerakan mahasiswa seakan tak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi, ketika maraknya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam.

Baca Juga:  Tolak Pemimpin Omon-Omon, Milenial Jawa Timur Rame-Rame Sumbang Suara Tebal Khofifah di Pilgub

Namun, kini ketika situasi nasional nyaris tertimbun gunungan persoalan, suara mahasiswa yang dulu lantang, tiba-tiba tak terdengar lagi. Jalanan seolah begitu sepi dari suara-suara megaphone yang meneriakkan suara keadilan.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi IX DPR RI Irma S Chaniago menilai ada beberapa faktor yang menghambat pergerakan Pemuda atau Mahasiswa dewasa ini.

“Pertama pergerakan mahasiswa sudah tumpul karena ada kepentingan politik. Artinya pemuda sudah memihak pada salah satu elit politik. Selain itu faktor ekonomi yang menjadikan pemuda atau mahasiswa menjadi pragmatis, dan gaya hidup yang semakin tinggi membuat pemuda atau mahasiswa menjadi apatis,” katanya saat menggelar diskusi publik di Jakarta, Senin (22/08).

Lebih lanjut Irma menyinggung soal pergerakan mahasiswa dewasa ini yang sudah tidak lagi murni. “Masih banyak pemuda atau mahasiswa yang demo dibayar atau pesanan baru mereka demo,” ucap Anggota Fraksi partai Nasdem itu.

Selain Irma, politisi partai Hanura M Indra Pradana juga memberikan pandangannya terkait gerakan mahasiswa sekarang. Bagi Indra, saat ini mahasiswa masih sebagai agent of control, bukan sebagai agent of chance.

“Harusnya pemuda atau mahasiswa bukan hanya memposiskan sebagai agen of control tetapi agen of chance dan kedua bisa dijalan dijalankan,” katanya.

Baca Juga:  Relawan Millenial dan Generasi Z Jawa Timur Janjikan Suara Tebal Untuk Khofifah-Emil di Pilgub

Politisi muda itu pun menilai bahwa konteks tantangan pemuda sekarang berbeda dengan pemuda yang dulu dalam soal pergerakan. “konteks tantangan kepemudaan sekarang berbeda yang dulu dalam hal pergerakan,” tambahnya.

Dengan situasi kemahasiswaan/kepemudaan seperti sekarang ini, Indra mengingatkan kepada Pemuda untuk berkolaborasi dengan pemerintah bukan menjadi pesaing bagi pemerintah. (Sule/Red-02)

Related Posts

1 of 2