Puisi Muhammad Alamsyah
KITA ANAK-ANAK KATA BERSUARA BAJA
Kita budak-budak puisi
Mencurah pikir pada diksi
Melibra makna pada romantika
Kerinduan kasih mendera
Kerinduan cipta pun Pencipta
Jiwa menggila dirundung gelisah petaka
Kita abdi sejarah menggulung praduga
Dipenjara tirai rasa
Makan di makam kelam
Terkira seluruh semesta dalam jiwa kembara
Kita anak-anak kata bersuara baja
Lahir dari rahim fonem-fonem gila
Susun morfem sebait prosa
Di panggung sandiwara lakon Ramayana pun Mahabarata dilaga
Kita ialah ibu-ibu menteri
Diskusi tentang demokrasi bangsa negeri
Kita ialah bapak-bapak mantri
Vaksin bagi bayi-bayi yatim di parit ramai
Kita lansia menakar gelap senja sebagai simbol batas usia
Kita pelukis dunia
Di carik kertas mencari biri-biri dikebiri
Mencatat yang cacat
Mendusta pendusta
Merampas perampas
Menggoda penggoda
Dalam mayapada kebebasan tanpa belenggu jiwa
Di jari – jari bumi memaknai buih menampar luka
Oh.. penyair di layar temaram
Bukankah kita kalam?
Kalem bersalam pada alam memberi paham
Lebur di setiap kisah membawa suara-suara masa bersilam
Makassar, 28 juni 2017
Muhammad Alamsyah, lahir di Maros, 17 September 1985. Aktif menulis puisi, cerpen dan esai. Aktif dalam kegiatan seni- budaya baik skala lokal maupun nasional. Lelaki yang akrab di sapa Alam, bergabung dalam beberapa sanggar seni dan bengkel teater serta sanggar lukis di Maros, Sulawesi Selatan. Karya-karya puisinya telah banyak terbit pada berbagai media cetak dan media online. Kecintaanya terhadap seni sastra tidak membuat bakatnya dalam seni lukis terlupakan. Giat cipta lukisan -lukisan eksperimental yang abstrak natural.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]