Politik

Kembangkan Islam Moderat, PBNU Dukung Gerakan Putra Raja Salman

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Juni tahun 2017 lalu, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz mengeluarkan dekrit yang menunjuk putranya Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota sekaligus melengserkan Putra Mahkota sebelumnya Mohamad bin Nayef.

Sejak dekrit tersebut, Mohammed bin Salman yang di dunia barat dikenal dengan sebutan MBS langsung memimpin revolusi top-down dengan membersihkan lingkungan kerajaan dari para pejabat penting yang selama ini setia pada Raja Salman. Bersih-bersih MBS ini tak terlepas dari misi Riyadh yang mengusung Vision 2030 Arab Saudi. Salah satu temanya ialah memberantas korupsi.

Demi mewujudkan Vision 2030 tersebut, MBS melakukan revolusi dari atas alias revolusi top-down. Caranya, pemain-pemain lama di lingkungan kerajaan dibersihkan. Puluhan pangeran, menteri, pengusaha kaya raya yang berpengaruh di lingkungan kerajaan disingkirkan, aset-asetnya dibekukan.

Selain itu, MBS juga tengah berupaya menjadikan Arab Saudi lebih moderat. Caranya, menyingkirkan kekuasaan Wahabisme lalu menggantikannya dengan nasionalisme Saudi. Namun, revolusi ala MBS ini ternyata berisiko tinggi. Jika gagal, Salafis radikal akan mengambil-alih kekuasaan di Riyadh.

Baca Juga:  Blusukan Pasar di Jember, Cabup Fawait  Sorot Minimnya Tempat Ibadah di Pasar

Arab Saudi adalah salah satu negara Arab terbesar secara populasi dan geografi. Kekayaan minyaknya telah menjadi sumber dan simbol kekuatan perekonomian Saudi sehingga menjadikannya sebagai mitra strategis yang sangat diperlukan Barat, utamanya Amerika Serikat.

Ditopang pembangunan infrastruktur selama bertahun-tahun, telah merubah wajah Arab Saudi bergaya Amerika, bahkan sampai ke Mekkah dan Madinah yang merupakan tempat suci bagi umat Muslim sedunia.

Namun di sisi lain, Arab Saudi juga menjadi rumah bagi kelompok konservatif anti-barat. Gerakan reaksioner mereka selama bertahun-tahun telah dikenal dengan sebutan Wahabisme, sebuah doktrin Salafi yang memperngaruhi banyak kelompok Islamis paling radikal dewasa ini.

Mencermati revolusi MBS ini, PBNU menyatakan dukungannya kepada Arab Saudi yang hendak mengembangkan Islam moderat (Islam Wasathy). Menurutnya, Islam Wasathy merupakan manhaj Islam moderat sebagaimana dianut mayoritas umat Islam Indonesia.

“Keinginan ini perlu disambut oleh Pemerintah Indonesia dengan mengintensifkan dialog dan kerja sama dengan Kerajaan Arab Saudi dalam rangka mengakselerasi penyelesaian damai atas sejumlah konflik di Timur Tengah,” kata PBNU seperti dikutip dari sebuah catatan bertajuk Muhasabah 2017 dan Resolusi Kebangsaan Tahun 2018, Kamis (4/1/2018). (red)

Baca Juga:  Ketemu Guru Madrasah Diniyah, Inilah Janji Risma-Gus Hans Jika Menang Pilgub Jatim

Editor: Redaktur

Related Posts

1 of 25