Kesehatan

Jauhi Diabetes, Hindari Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji

makanan siap saji, diabnetes, hindair diabetes, metabolisme tubuh, konsumsi makanan, perubahan fisik anak, penurunan produktivitas, nusantaranews, nusantara news, nusantaranewsco, nusantara
(Foto: Ilustrasi/Getty)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menjauhi diabetes perlu dengan cara menghindari kebiasaan konsumsi makanan siap saji. Health Claim Senior Manager Sequis dr Yosef Fransiscus mengatakan bahwa diabetes tergolong penyakit yang berpotensi memakan biaya besar untuk perawatan medis dan DM tipe 1 harus terus menerus dikontrol dengan insulin. Untuk itu, orang tua perlu memperhatikan perubahan pada fisik dan kebiasaan anak serta jika terjadi penurunan produktivitas.

“Seharusnya anak jangan dilatih banyak makan nasi tetapi lebih banyak makan protein seperti ayam, ikan, tahu, tempe serta sayur dan buah yang tidak manis. Selain itu hindari kebiasaan makan makanan siap saji, kurangi asupan gula dan cemilan tinggi gula seperti donat, es krim, dan bantu anak agar tidak stres,” kata dr Yosef, Jakarta, Rabu (14/11/2018).

Dr Yosef menyarankan agar orang tua mencari banyak referensi tentang penyakit DM dan menerapkan gaya hidup sehat fisik di dalam lingkungan keluarga.

Baca tiga artikel sebelumnya:

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

“Menekan angka diabetes dapat dimulai dari rumah. Salah satunya dengan memberikan kesempatan serta mendorong anak dan remaja agar banyak melakukan aktivitas fisik karena sangat baik untuk membantu metabolisme tubuh,” ujarnya.

Ketika seseorang telah divonis terkena DM, kata dia, maka ia harus mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat. Hal ini karena diabetes tidak bisa disembuhkan sehingga pasien harus mengontrol penyakitnya atau sebaliknya akan menyebabkan komplikasi atau gangguan pada organ lain dalam tubuh.

“Biasanya penderita DM disarankan untuk diet gula dan kalori serta olahraga. Jika pasien mematuhi dietnya dan olahraga yang cukup biasanya penderita dapat hidup panjang tanpa mengalami masalah kesehatan,” jelas dr Yosef.

Ditambahkan, mengingat jumlah penderita diabetes dapat terus bertambah dan siapapun dapat terkena diabetes maka mencegah prevalensi diabetes diharapkan dapat menjadi salah satu fokus dari perencanaan pembangunan pemerintah.

Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF) diabetes dapat menjadi beban global jika kita tidak bersegera mengurangi tingkat prevalensi diabetes. Hal ini karena menurut IDF bahwa sekitar 425 juta orang di dunia mengidap diabetes.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Dari jumlah tersebut diperkirakan anak dan remaja di bawah usia 20 adalah pengidap diabetes tipe 1 yang mana jumlahnya telah meningkat menjadi lebih dari satu juta. Ini merupakan suatu urgensi karena jika kita tidak segera menanggulanginya, diperkirakan jumlah penderita diabetes akan meningkat menjadi 629 juta pada 2045.

Pada saat yang sama jumlah orang dengan gangguan toleransi glukosa berisiko tinggi menjadi diabetes juga jumlahnya cukup tinggi yaitu lebih dari 325 juta.

(nvh/anm)

Editor: Ani Mariani

Related Posts

1 of 3,148