EkonomiHankamMancanegaraPolitik

Jalur Sutra Amerika Latin Telah Merusak Doktrin Monroe

Jalur Sutra Amerika Latin
Jalur Sutra Amerika Latin. Kapal kontainer Cina Cosco di Cocoli Locks Panama Canal, di Panama City. Ekspansi Cina di Amerika Latin atas inisiatif Belt and Road-nya untuk membangun pelabuhan dan fasilitas terkait perdagangan/Foto AP 

NUSANTARANEWS.CO – Jalur Sutra Amerika Latin telah merusak Doktrin Monroe. Dewasa ini, Cina adalah pengguna Terusan Panama terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS). Tidak mengherankan bila Cina memiliki “minat strategis yang cukup besar” terhadap kanal ini, kata Margaret Myers, direktur Asia dan Amerika Latin untuk Dialog Antar-Amerika, sebuah think tank di Washington. Pergeseran diplomatik Panama dari Taipei ke Beijing, boleh dikatakan orbit Panama telah berpindah ke Beijing. Dengan kata lain, Panama telah menjadi negara satelit Cina di kawasan Amerika Latin.

Amerika Serikat (AS) sendiri sejak awal telah menetang keberadaan proyek Belt and Road Initiative (BRI) di halaman belakangnya karena merusak Doktrin Monroe – dimana AS mengklaim wilayah Amerika Latin adalah bagian dari hegemoninya. Ekspansi Cina di Amerika Latin dengan inisiatif BRI-nya untuk membangun pelabuhan dan fasilitas terkait perdagangan lainnya telah memicu kegelisahan di Washington. Para pejabat Gedung Putih merasa khawatir atas ambisi Beijing di halaman belakang Amerika. Apalagi Cina telah melancarkan langkah ofensif, merayu politisi, profesional, dan wartawan Panama.

Baca Juga:  Kolaborasi dengan Rumah Sehat Rabu Biru, Titiek Soeharto Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Desa Triharjo

Sebagai informasi, Doktrin Monroe adalah kebijakan luar negeri AS yang diterapkan pada 2 Desember 1823. Dalam kebijakan ini, upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga AS akan turun tangan. Akan tetapi, AS tidak akan mengganggu jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin berhasil merebut kemerdekaannya.

Begitu pula Panama yang memang memiliki hubungan historis yang kuat dengan AS. Namun, dalam konteks persaingan global, AS tampaknya terlihat kurang respon terhadap kebutuhan negara-negara Amerika Latin yang nota bene adalah halaman belakangnya. Panama sendiri telah mengutarakan keinginannya terhadap Washington. Panama ingin membina kerjasama bilateral yang lebih erat dengan AS yang bersifat win-win solution dan lebih konstruktif dalam bidang ekonomi.

Namun kebijakan luar negeri AS yang belakangan terkesan “kontroversial” dan proteksionis dengan semboyan “America First” – telah membuat banyak negara menjadi gerah menjalin hubungan dengan Washington. Sebaliknya, Rusia dan Cina lebih membuka diri dalam menjalin hubungan internasional. Sehingga mulai menarik banyak simpati negara-negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Apalagi tawaran proyek bernilai trilyunan dolar yang begitu susah untuk ditolak oleh negara-negara yang memang membutuhkan pembangunan infrastruktur.

Baca Juga:  LSN Effect di Pemilu 2024, Prabowo-Gibran dan Gerindra Jadi Jawara di Jawa Timur

Tidak mengherankan bila belakangan ini Panama menjalin hubungan yang lebih erat dengan Beijing – meski harus berhati-hati jangan sampai merusak hubungan baik dengan mitra-mitra di kawasan – terutama dengan AS. Bagaimanapun, AS merupakan negara tetangga utama yang tidak bisa diabaikan keberadaannya. Jadi, Panama mesti menjaga politik keseimbangan dengan AS dan negara-negara Amerika Latin lainnya – jangan sampai merusak hubungan bertetangga bila tidak ingin jadi bumerang.

Investasi Cina di Panama dan negara-negara di kawasan Amerika Tengah berjalan dengan baik karena memang kedua belah pihak mengakui saling membutuhkan. Dengan mengakui kepentingan masing-masing, maka terciptalah kerjasama mereka satu sama lain yang lebih luas dengan win-win solution.

Oleh karena itu, Presiden baru Panama kemungkinan besar akan tetap mempertahankan hubungan pragmatis kerja sama negaranya dengan Cina melanjutkan proyek “Jalur Sutra” Amerika Tengah.

Proyek kereta api berkecepatan tinggi yang diusulkan oleh Beijing, begitu menggoda untuk dilewatkan. Begitu penting arti stratagisnya secara geopolitik. Sehingga Panama lebih tertarik untuk melanjutkan proyek kereta api cepat itu dalam rangka memperluas jangkauan geopolitik dan geoekonominya.

Baca Juga:  Ketum Gernas GNPP Prabowo Gibran Deklarasikan Pemilu Damai Jaga NKRI Bersama 163 Komunitas Relawan

Retorika anti-Cina tampaknya telah menjadi komoditas politik bagi kepentingan pemilu di Amerika Latin. Sekedar menjadi bumbu penyedap masakan politikus yang ingin memenangkan pemilihan. Tapi faktanya, “Jalur Sutra” mulai menembus Amerika latin – memasuki halaman belakang AS. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,086