HankamHukumPolitik

The Washington Post: “Teroris Akan Menyerang Saat Pengumuman Hasil Pemilu”

The Washington Post
Detasemen Khusus 88 Antiteror mengawal tersangka teror dalam konferensi pers di Jakarta/Foto: Achmad Ibrahim/Associated Press.

NUSANTARANEWS.CO The Washington Post, mengabarkan bahwa teroris lokal akan melakukan serangan saat berlangsung pengumuman hasil pemilu. Menjelang pengumuman hasil rekapitulasi penghitungan suara pada Rabu (22/5) mendatang, The Washington Post, media berbasis di Amerika Serikat (AS) ini pada jum’at (17/5) menurunkan berita berjudul:

Indonesian police beef up security ahead of election results

Indonesia is deploying 32,000 security personnel in the capital, Jakarta, after warnings of a possible militant attack during the official announcement of presidential election results next week, police said Friday.

National Police spokesman Muhammad Iqbal said police have apprehended 29 people this month who planned to set off bombs during expected street protests when the official vote count is announced by May 22…….

Dalam caption foto tertulis: Unit Detasemen Khusus 88 Detasemen Khusus Antiteror Indonesia mengawal tersangka teror dalam konferensi pers di Jakarta, Indonesia, Jumat, 17 Mei 2019. Polisi mengatakan mereka telah menangkap tersangka militan setelah mendapat informasi tentang kemungkinan serangan selama pengumuman hasil pemilihan presiden. minggu depan.

Media AS itu juga menggambarkan secara detil dalam acara konferensi pers kemarin, di mana polisi menghadirkan 10 tersangka yang diborgol mengenakan topeng ski hitam dan seragam tahanan oranye. Sementara di atas sebuah meja panjang di depan mereka terpajang barang-barang yang disita oleh polisi, termasuk bahan peledak, pisau, amunisi dan buku-buku jihad.

Baca Juga:  Joget Gemoy Prabowo Bersama Ketum Gernas GNPP Abah Anton Bikin Heboh Warga Subang

Sungguh mengerikan wajah dan situasi di Indonesia bila kita membaca laporan yang diturunkan oleh The Washington Post tersebut – betapa tidak bila seakan-akan teroris sudah begitu marak di Indonesia. Hal itu diperjelas dengan keberhasilan pasukan polisi kontraterorisme (densus 88) Indonesia menangkap sedikitnya 60 tersangka militan sepanjang tahun ini, dan menewaskan tujuh lainnya ketika mereka melawan penangkapan.

Kisah ancaman teroris itu, diperkuat dengan peristiwa di Sumatera Utara pada bulan Maret lalu, ketika istri dari seorang militan Islam yang ditangkap karena diduga merencanakan serangan di Jakarta, meledakkan sebuah bom saat densus mengepung rumah mereka – sehingga menewaskan dirinya dan anaknya yang berusia 2 tahun.

Gambaran The Washington Post itu jelas merupakan cerminan pandangan Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia hari ini yang begitu terancam oleh serangan teroris. Apalagi berita itu menjelaskan bahwa para tersangka adalah anggota Jemaah Anshorut Daulah, sebuah jaringan “militan lokal” yang berafiliasi dengan kelompok ISIS – dan mengakui bahwa mereka telah merencanakan serangan selama pengumunan hasil pemilihan.

Baca Juga:  Kampanye di Bojonegoro, AHY Janji Perjuangkan Pupuk Murah Hingga Bantuan UMKM

Media Partai Republik AS itu juga menggambarkan bahwa hampir dua lusin jaringan organisasi ekstrim telah terlibat dalam berbagai serangan di Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Jaringan teroris tersebut dikatakan juga telah ditetapkan sebagai organisasi teror oleh AS pada tahun 2017. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,052