EkonomiMancanegara

Panama Belum Berhutang, Meski Menjadi Pelopor Belt and Road

Panama Belum Berhutang
Sebuah kapal pesiar sedang melintasi Terusan Panama/Foto;Ist

NUSANTARANEWS.CO – Panama belum berhutang, meski menjadi pelopor Belt and Road di Amerika Latin. Ekspansi Cina ke Amerika Latin dengan inisiatif Belt and Road-nya untuk membangun infrastruktur seperti pelabuhan, kereta api dan fasilitas perdagangan lainnya telah membangkitkan kewaspadaan di Washington. Namun Panama belum menerima pinjaman dari Cina dalam membiayai proyek-proyek terkait inisiatif Cina tersebut.

Cina bukanlah pendatang baru di kawasan ini. Sejak awal tahun 1990-an, Beijing telah membuat kesepakatan bernilai miliaran dolar di Amerika Selatan dalam bentuk pinjaman dan investasi, khususnya di bidang perminyakan dan pertambangan. Misalnya: Venezuela telah menerima US$ 62 milyar, Brasil berutang US$ 42 miliar, Argentina US$ 18 miliar, dan Ekuador meminjam US$ 17 miliar.

Tapi saat ini, Beijing memang sedang fokus di negara-negara Amerika Tengah seperti Panama. Negara yang jumlah penduduknya hanya 4 juta jiwa ini, memiliki kanal strategis yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Pasifik dan menjadi salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia. Secara strategis Terusan Panama ini sangat penting bagi Washington dan Beijing.

Baca Juga:  Pengangguran Terbuka di Sumenep Merosot, Kepemimpinan Bupati Fauzi Wongsojudo Berbuah Sukses

Untuk mendukung kepentingannya di Panama, Beijing telah mempromosikan manfaat Belt and Road melalui TV dan media sosial seperti Twitter. Beijing juga telah membayar para jurnalis profesional untuk mendukung promosi tersebut. Bahkan Presiden Panama Juan Carlos Varela mengatakan: “Kami melihat peluang besar untuk menghubungkan Asia dan Amerika ke Panama,” ujar Varela saat berkunjung ke Hong Kong dalam rangka menghadiri forum “Belt and Road” di Beijing dengan pemimpin negara lainnya.

Para pemimpin Panama sendiri melihat bahwa Cina merupakan sumber investasi dan perdagangan, namun disisi lain, Panama juga harus menjaga hubungan baik dengan AS agar jangan sampai menimbulkan friksi yang tidak perlu.

Sekretaris Negara AS Mike Pompeo bahkan langsung mengunjungi Panama pada bulan Oktober dan bertemu dengan Presiden Varela, yang masa jabatannya akan berakhir pada bulan Juli 2019 mendatang. Setelah pertemuan, kepada wartawan Panama, Pompeo mengatakan bahwa Panama harus membuka mata lebar-lebar terkait investasi Cina.

Baca Juga:  Kebutuhan Energi di Jawa Timur Meningkat

Pada pertemuan G-20 di Argentina, pada bulan Desember, Pompeo kembali mengulang keprihatinannya, “Kita semua prihatin dengan Cina, terutama bagaimana Cina memasuki negara-negara itu.” Pompeo juga menambahkan bahwa proyek-proyek seperti itu tidak selalu didorong oleh “niat baik,” tegasnya.

Dua bulan setelah kedatangan Pompeo, Presiden Varela menyambut kunjungan resmi Presiden Cina Xi Jinping. Dalam pertemuan bilateral kedua negara terkait proyek Belt and Road – Varela mengatakan kepada Xi bahwa Panama siap menjadi garis depan dalam membangun dunia yang lebih saling terhubung.

Keesokannya, Varela bergabung dengan sebuah upacara pembangunan proyek jembatan yang melintasi Terusan Panama yang melibatkan sebuah konsorsium dengan dua perusahaan Cina di dalamnya. Kontrak pembangunan jembatan keempat ini melintasi Terusan Panama, yang pelabuhan masuknya di ujung Atlantik dan Pasifik dioperasikan oleh konsorsium Hong Kong.

Selain jembatan, Cina juga telah mengusulkan pembangunan jalur kereta berkecepatan tinggi dari Panama City ke kota David di dekat perbatasan baratnya sampai Kosta Rika.

Baca Juga:  Apa Arti Penyebaran Rudal Jarak Jauh Rusia Bagi Skandinavia?

Sejauh ini, proyek yang diberikan kepada kontraktor Cina seperti: jembatan kanal, dermaga kapal pesiar dan pusat konvensi telah dibayar oleh pemerintah Panama. Hingga hari ini, negara Amerika tengah itu belum menerima pinjaman dari Cina. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050