NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mayjen (Purn) Kivlan Zein kembali mewanti-wanti kepada para pemilih menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019 untuk mewaspadai partai yang disusupi paham ideologi komunis. Bahkan, tanpa tedeng aling-aling, Kivlan mencontohkan soal partai besutan Megawati Soekarnoputri, yakni PDI Perjuangan.
Menurut Kivlan, ada beberapa kader partai yang dikirimkan ke Cina untuk belajar ilmu politik. Hal itu menandakan adanya kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia.
“Yang jelas kan memang ada pengakuan dari anggota PDIP bahwa mereka punya kekuatan 15 juta orang. Dia berada dimana? Pertemuan tahun 2015 mereka mengirimkan kader-kadernya ke Cina ke Partai Komunis Cina untuk belajar ilmu politik dan pengkaderan,” kata Kivlan usai jadi narasumber dalam sebuah diskusi bertajuk ‘Isu Kebangkitan PKI: Antara Realita atau Propaganda’ di ruang Singosari, Grand Sahid Jakarta, Jakarta, Selasa (6/3/2018).
Baca: Ada Apa dengan FPI dan PDIP? Keduanya Saling Singgung Kader PKI
Kivlan juga menyampaikan bahwa, banyaknya partai pendukung pemerintah yang mengirimkan kadernya ke Cina untuk belajar di PKC (Partai Komunis Cina). “Yang mengirimkan untuk mengikuti pengkaderan ke Cina kan ada PDIP, Nasdem, dan partai lain juga mengirimkan pengkaderan kesana. Jadi jelas bukan hanya PDIP, tapi partai pendukung pemerintah yang mengirimkan kadernya ke Cina,” tutur Kivlan.
PDIP, lanjut Kivlan, juga diisi oleh orang-orang yang selama ini pro terhadap eks anggota PKI, salah satunya Ribka Tjiptaning. “Dia membuat buku itu, janganlah dimasukan jadi pimpinan lagi. Kan ucapan-ucapan seperti itu yang mengkonotasikan orang-orang PDIP dekat dengan komunisme. Jadi kita harapkan sebagai partai kekuatan nasionalis Pancasila,” tegasnya.
Kivlan membantah bahwa pernyataanya ini adalah ‘pesanan’ dari pihak oposisi. “Saya tak memakai itu untuk kepentingan manapun, bukan ke Prabowo, tak ada hubungan dengan PKS dan PAN. Saya nggak ada, saya berdasarkan fakta,” aku Kivlan.
Baca juga: Pemerhati: Hanya PKI dan Komunisme yang Merendahkan Peranan TNI!
Sekadar diketahui, diskusi yang diselenggarakan oleh Kaukus Muda Indonesia (KMI) berakhir ricuh. Kericuhan dimulai ketika pembawa acara mengatakan akan segera memulai pembacaan deklarasi ‘Stop Eksploitasi Isu Kebangkitan PKI’.
Sejumlah peserta diskusi pun kemudian segera melayangkan protes. Alasannya, tidak ada agenda deklarasi dalam undangan yang mereka terima.
Ketegangan antara pihak panitia dan sejumlah peserta yang menolak agenda tersebut pun sempat terjadi. Saling serang pendapat juga terjadi. Pihak hotel pun terpaksa turun tangan untuk mengendalikan suasana. Panitia akhirnya membatalkan agenda deklarasi tersebut. Namun, di luar ruangan keributan masih terus terjadi.
Salah satu peserta diskusi yang berasal dari LBH SBSI 92, Baiq Ani, meminta kepada panitia untuk menyerahkan daftar kehadiran sebab mereka ingin menghapus nama mereka dalam daftar hadir tersebut.
Baiq tak ingin nama mereka dalam daftar hadir tersebut digunakan untuk hal-hal yang tidak mereka inginkan. “Kami minta daftar absennya, kami mau hapus nama kami,” ujarnya.
Hal serupa juga dilakukan Rahmat Himran dari Gerakan Pemuda Anti Komunisme (Gepak).
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.