Rubrika

Imajinasi Rocky Gerung: Neraka itu Tambang Batubara

Neraka (Inferno) Dante Alighieri. (FOTO: Ilustrasi/Istimewa)
Neraka (Inferno) Dante Alighieri. (FOTO: Ilustrasi/Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pemikir cum peneliti Rocky Gerung dengan sadar dan berani mengemukakan imajinasinya tentang neraka. Neraka dalam imajinasi Rocky laiknya tambang batubara. Neraka disebut sebagai tempat panas setelah kehidupan di dunia. Tambang batubara juga tempat yang panas.

Rocky menjelaskan mengapa ia mengimajinasikan neraka seperti tambang batubara, karena di zaman dulu belum ada tambang batubara sehingga untuk mencontohkan neraka seperti apa, menggunakan contoh lain, tempat dimana penuh dengan api dan bara, itulah contoh neraka.

Baca Juga:

“Kalau misalnya ditanya, neraka itu apa? Kalau saya jawab, neraka itu tambang batu bara. Karena panas. Imajinasi saya begitu. Orang seribu tahun di belakang, tidak tahu apa itu batu bara. Maka imajinasinya lain. Kalau saya tanya sama milenial 10 tahun ke depan, ketika batubara habis, dia tidak bisa berimajinasi tentang batu bara, neraka itu listrik korslet, dia berhak berimajinasi,” terang Rocky saat menjadi salah satu narasumber di acara ILC bertajuk ‘Ynag Terjerat UU ITE’, Selasa (5/2/2019) malam.

“Kalau ada yang bilang, neraka itu semacam gorong-gorong, ya mungkin itu buruk, tapi baik buat mereka yang suka selfie di gorong-gorong. Biasa saja,” imbuhnya disambut tawa dan tepuk tangan audien.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Menurut Rocky, dalam kehidupan kita dibiasakan untuk memakai satire demi menaggambarkan keadaan. Soal satire dalam sejarah peradaban umat manusia senantiasa muncul untuk memprotes suatu kenyataan yang bertentangan dengan kehendak sosial.

“Itu yang saya maksud. Kalau misalnya, orang belajar sedikit tentang ilmu fisika, kita akan berimajinasi kapan katastrofi yang disebut dengan kiamat itu tiba. Bukankah alam semesta masih berkembang, masih mengembang. Itu yang ditemukan pada tahun 1927 oleh Edwin Hubble yang kemudian namanya dibuat teleskop, seorang astronomer dari California,” ujarnya.

Lebih lanjut Rocky mencontohkan tentang penciptaan alam semesta. Yang menurut dia, penciptaannya masih barlangsung hingga hari ini.

“Jadi, kalau kita bilang alam semesta berkembang, berarti Tuhan masih mencipta, atau kekuatan-kekuatan Adikodrati masih bekerja. Berarti belum finish. Maka, saya bayangkan misalnya, surga-neraka itu adalah akhir dari alam semesta. Bisa dihitung tidak, secara matematika bisa dihitung. Kapan berakhirnya? Iya ada rumus bahwa distance (jarak) dikali waktu. Selesai,” katanya.

“Tetapi Anda tidak mungkin menhitung itu dengan peralatan hari ini. Anda menghitung jalan tol saja tidak cukup. Pakai mister ukur. Jadi, kita mesti imajinasikan, jarak itu terhingga apa tak terhingg. Waktu itu terhingga atau tak terhingga. Disitu kita imajinasikan tentang eskatologi. Harapan itu ada dalam kalkulasi matematika juga dalam kalkulasi fiksional,” imbuhnya.

Baca Juga:  SK Kwarda Jatim Terbit, Semangat Baru Bagi Pramuka Jawa Timur

Soal imajinasi, Rocky konsisten dengan pemikirannya bahwa imajinasi dapat terangsang bangkit dengan adanya fiksi. Dimana, lantaran kata ‘fiksi’ inilah Rocky dilaporkan dan dirinya sudah memberikan klarifikasi ke pihak kepolisian.

“Anda bisa lihat misalnya, kalau saya katakan fiksi, saya sebut dari awal supaya imajinasinya dibangkitkan. Kalau anda sedikit suka sastra, Anda baca novel “Divina Commedia”. Itu anda akan dapat sensasi tentang satire yang mengolok-olok teologi abat pertengahan yang ditulis dengan lengkap oleh Dante Alighieri dalam upaya mengolok-olok semua teologi. Itu memerlukan pengetahuan, memerlukan kecerdasan,” kata Rocky.

“Jadi, kalau mau melapor misalnya, coba baca misalnya literatur dimana orang hidup dengan ketegangan, tapi itu dalam rangka satire itu,” imbuhnya.

Simak:

Lantas apa hubungannya “Divina Commedia” karya Dante Alighieri dengan pernyataan-pernyataan Rocky khususnya kata ‘fiksi’ dan ‘imajinasi’? Berikut ini sedikit penjelasan tentang karya fiksi unggulan dalam sastra Italia.

Baca Juga:  Kepala DKPP Sumenep Ajak Anak Muda Bertani: Pertanian Bukan Hanya Tradisi, Tapi Peluang Bisnis Modern
Dante Alighieri dan puisinya - Divina Commedia. (FOTO: wikipedia.)
Dante Alighieri dan puisinya – Divina Commedia. (FOTO: wikipedia.)

Divina Commedia berarti Komedi Ilahi. Buku ini berisi puisi naratif yang panjang. Ditulis sejak tahun 1308 hingga 1320, satu tahun sebelum wafatnya pada tahun 1321. Puisi ini secara luas dipandang sebagai salah satu karya terbesar sastra dunia. Dante menggambarkan kehidupan setelah kematian merepresentasikan pandangan dunia abad pertengahan sebagaimana yang dikembangkan dalam Gereja Barat pada abad ke-14.

Dante membagi isi Divina Commedia menjadi tiga bagian: Inferno (neraka), Purgatorio (tempat penyucian diri), dan Paradiso alias firdaus (surga). Jadi, puisi naratif yang panjang ini melukiskan perjalanan Dante melintasi Neraka, tempat penyucian diri, dan surga. Akan tetapi, pada suatu tingkatan yang lebih dalam, puisi ini secara alegoris merepresentasikan perjalanan jiwa menuju Tuhan. Pada tingkat yang lebih dalam itu, Dante merujuk pada filsafat dan teologi Kristen, khususnya fisafat Thomistik dan Summa Theologica karya Santo Thomas Aquinas.

Divina Commedia berkontribusi membentuk bahasa Toskano, yang digunakan dalam penulisan karya ini, sebagai bahasa Italia baku. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia dan masih terus dicetak hingga sekarang.

Pewarta: Robi Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,147