NUSANTARANWS.CO – Filsafat Pancasila menjawab tantangan zaman. Implementasi Pancasila sebagai Filsafat yang dimaksudkan di sini adalah menjadikan Filsafat Pancasila untuk mempertanyakan dan menjawab segala sesuatu masalah kehidupan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam kehidupan ber-Negara.
Dewasa ini apakah jiwa dan semangat bangsa Indonesia masih sama seperti saat awal Negara Bangsa Indonesia didirikan. Saat itu Bangsa Indonesia dibimbing oleh Filasafat Pancasila untuk mendobrak dan membebaskan diri dari kehidupan keterjajahan, penderitaan dan kebodohan. Bangsa Indonesia saat itu dengan penuh pathos, logos dan etos mampu meyakinkan dunia mendirikan negara dan membangun bangsa. ”Nation and Character Building” merupakan logos yang jelas untuk dijadikan pedoman membangun karakter dan bangsa Indonesia. Amanat Penderitaan Rakyat dijadikan pathos untuk membangkitkan etos bangsa.
Dengan pemahaman bahwa ”bangsa” merupakan state of becoming bukan state of being, dapatkah Filsafat Pancasila menjawab segala persoalan kehidupan bangsa yang masih selalu dalam ”proses menjadi” ini. Dapatkah Pancasila merumuskan logos, pathos dan ethos bangsa Indonesia dewasa ini untuk membimbing menuju kecerdasan kehidupan bangsa. Siapakah yang harus merumuskan logos, pathos dan ethos bangsa dewasa ini.
Dalam sejarah kehidupan bangsa, para elit dan pemuka bangsalah yang harus mau dan mampu memikirkan secara luas dan mendalam merumuskan logos, pathos dan ethos bangsa berdasarkan Filsafat Pancasila untuk dijadikan dasar segala tindakan menyelesaikan permasalahan bangsa dan negara.
Dari uraian singkat padat tersebut nampaknya implementasi Filsafat Pancasila dapat diartikan sebagai penggunaan pemikiran yang luas dan mendalam tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan Filsafat Pancasila dimaksudkan guna mempertanyakan dan menjawab permasalahaan bangsa, baik secara umum maupun secara khusus untuk tiap-tiap bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Jelasnya dengan dasar Filsafat Pancasila, kita harus mampu merumuskan logos, pathos dan ethos dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Filsafat Pancasila dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya Filsafat Pancasila dapat disebutkan antara lain adalah (1) Karakter Bangsa, khususnya karakter para ”founding fathers”; (2) Budaya berbagai suku bangsa yang tersebar di kepulauan Nusantara; (3) Amanat Penderitaan Rakyat.
Faktor internal yang mempengaruhi implementasi Filsafat Pancasila dapat disebut-kan antara lain adalah (1) Karakter Bangsa, khususnya karakter para elit bangsa; (2) Ideologi fundamentalisme, terorisme, separatisme, sektarianisme; (3) Pemahaman makna kehidup-an berbangsa dan wawasan kebangsaan; (4) Kemiskinan, kebodohan, pendidikan, kedangkal-an berpikir, kesehatan, dan kesempatan kerja.
Faktor eksternal yang mempengaruhi terbentuk-nya Filasafat Pancasila dapat disebutkan antara lain (1) Filsafat liberalisme, sosialisme dan komunisme; (2) Kebangkitan bangsa-bangsa Asia; (3) Kemakmuran bangsa penjajah.
Faktor eksternal yang mempengaruhi implementasi Filsafat Pancasila dapat disebut-kan antara lain adalah (1) Globalisasi dalam segala bidang kehidupan; (2) Ideologi transnasional, fundamentalisme, radikalisme, terorisme; (3) Individualisme, liberalisme, neo liberalisme, kapitalisme, neo kapitalisme, egoisme, pragmatisme, hedonisme, budaya instan, teknologi komunikasi dan dunia maya.
Setelah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya Filsafat Pancasila dan implementasinya, kiranya dapat dipikirkan secara mendalam dan meluas atau secara filsafati, dengan mempertanyakan dan menjawab persoalan-persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam era reformasi khususnya dan dalam proses globalisasi pada umumnya.[]
Penulis: Soeprapto (Ketua LPPKB)