NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Hasil survei yang diselenggarakan oleh Indikator Politik Indonesia pada 17-24 september 2017 menyebutkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok layak mendampingi Joko Widodo pada Pilpres 2019 mendatang. Hasil ini terbilang cukup mengejutkan. Pasalnya, Ahok adalah sosok yang tidak bersih dalam catatan hukum di Indonesia menyusul dirinya yang meringkuk di balik jeruji besi pasca terbukti menodai agama Islam.
Survei Indikator Politik Indonesia menempatkan Ahok pada urutan pertama sebagai cawapres Joko Widodo dengan perolehan 16 persen suara disusul Gatot Nurmantyo dengan 10 persen dan Ridwan Kamial 8 persen.
Menanggapi hasil survei yang terbilang mengejutkan tersebut, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyatakan tidak usah membawa-bawa nama Ahok pada Pilpres 2019, apalagi sebagai cawapres Joko Widodo. Menurutnya, Indonesia masih banyak sumber kepemimpinan yang mengerti tentang masa depan Indonesia.
“Ya, tak usah diomong-omongi lagi. Dia menjalani sebagai narapidana ya mohon maaf ya nggak enak disebut,” ujar Fahri, Jakarta, Jumat (13/10/2017).
“Indonesia itu banyak jagoan-jagoan. Banyak orang yang tidak bicara, yang bekerja diam diam, orang yang jago di dalam dan luar negeri, jadi percayalah sumber kepemimpinan itu banyak,” lanjut Fahri
Fahri menyarankan untuk tidak membawa nama mantan Gubernur DKI Jakarta itu karena hal tersebut akan membawa banyak masalah.
“Jadi Indonesia harus bisa bicara tentang konsep kepemimpinan yang meringankan beban kita. Yang sudah menjadi beban, ya sudahlah,” sambungnya
Fahri menuding ada pihak-pihak yang sengaja ingin menyandingkan kembali Ahok dengan Jokowi. “Saya tahu ada teman-teman yang lakukan manuver untuk menarik-narik kembali ya, mungkin karena kecewa dengan keputusan pengadilan atau Pilkada. Tapi sudahlah mari kita lihat ke depan,” katanya.
Fahri melanjutkan pemimpin yang akan terpilih pada Pemilu 2019 nanti adalah pemimpin yang mempunyai imajinasi untuk berfikir masa depan dan membebaskan bangsa Indonesia dari dosa masa lalu.
“Saya justru membayangkan ke depan format baru kepemimpinan Indonesia akan datang ialah datang darei mereka yang memiliki imajinasi tentang masa depan membebaskan kita dari sisa hutang masa lalu, sehingga Indonesia melangkah tanpa ditarik-tarik kakinya dari belakang. Kita nggak ingin ada pemimpin ditarik kakinya ke belakang, sehingga pemimpin itu bisa melangkah lebih jauh,” pungkasnya.
Reporter: Syaefuddin A
Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews