Mancanegara

Eropa Mengancam Balik Amerika Serikat Terkait Kesepakatan Nuklir Iran

perjanjian nuklir iran, nuklir iran, iran dan eropa, uni eropa dan iran, as sanksi iran, kedaulatan ekonomi eropa, perjanjian nuklir iran 2015, kekuatan iran, nusantaranews
Negara-negara yang menandatangani Kesepakatan Nuklir Iran atau Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA). (Foto: IST)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Tekanan Israel terhadap keputusan Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015 tampaknya telah menjadi alasan utama keputusan sepihak AS itu. The Global Review mengutip James Petras menyebut, pemerintahan Trump sangat dipengaruhi oleh kelompok Zionist Power Configuration (ZPC) sehingga keputusan sepihak AS benar-benar terjadi pada awal Mei 2018 lalu.

Dengan kata lain, kelompok Yahudi ZPC berhasil melobi Amerika Serikat untuk membatalkan perjanjian nuklir Iran 2015 lantaran Israel terus merasa terhalangi Iran untuk mewujudkan supremasi militernya di kawasan Timur Tengah.

Sebelumnya di akhir April 2018 Menteri Pertahanan AS James Mattis dan Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengadakan pertemuan di Pentagon yang membicarakan tentang kerja sama bidang keamanan, termasuk isu mengenai pengaruh Iran dan stabilitas Timur Tengah.

Baca juga: Eropa Mendesak AS Untuk Tidak Mengoyak Kesepakatan Nuklir Iran

Tak lama berselang, tepatnya pada 8 Mei 2018 Presiden Trump mengumumkan AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran. Tak ayal, Teheran bereaksi keras atas keputusan sepihak tersebut. Negara-negara yang turut meneken perjanjian itu seperti Inggris, Prancis, Cina dan Rusia, plus Jerman juga marah atas keputusan Gedung Putih.

Sejauh ini Inggris, Perancis dan Jerman enggan mengikuti langkah Presiden Trump karena merasa dirugikan jika AS menjatuhkan sanksi terhadap Iran. Menteri Keuangan Perancis Bruno Le Maire misalnya, mengatakan bahwa inilah saatnya Eropa menentukan nasibnya sendiri tanpa harus terus menyusu kepada AS.

Baca Juga:  Rusia Menyambut Kesuksesan Luar Angkasa India yang Luar Biasa

“Kami harus bekerja di antara kami sendiri di Eropa untuk mempertahankan kedaulatan ekonomi Eropa,” kata Le Maire dikutip The Guardian.

Baca juga: Eropa Bersikeras Tetap Pertahankan Perjanjian Nuklir Iran di Tengah Potensi Sanksi Amerika Serikat

Departemen Keuangan AS mengatakan pihaknya memberi waktu tiga hingga enam bulan agar Eropa mengakhiri kontrak mereka, termasuk pembelian minyak Iran. Namun, pada Jumat (18/5) Le Maire mengajukan tiga proposal utama yang dimulai dengan undang-undang pemblokiran EU yang mirip dengan peraturan Uni Eropa yang disahkan pada tahun 1996 yang dirancang untuk membatalkan sanksi AS dikenakan kepada perusahaan-perusahaan UE. Undang-undang itu mengizinkan perusahaan-perusahaan Eropa untuk mengabaikan sanksi AS dan mengatakan bahwa keputusan apapun oleh pengadilan asing berdasarkan sanksi tersebut tidak akan ditegakkan di Eropa. Namun, waktu itu AS mundur sebelum sanksi diterapkan.

“Kami ingin memperkuat peraturan ini dan memasukkan keputusan baru yang diambil oleh Amerika Serikat,” kata Le Maire.

“Jalan kedua adalah melihat kemandirian keuangan Eropa, apa yang dapat kita lakukan untuk memberi Eropa lebih banyak alat keuangan yang memungkinkannya untuk menjadi independen dari Amerika Serikat? Proposal ini untuk mendirikan sebuah rumah keuangan Eropa murni untuk mengawasi euro, transaksi denominasi dengan Iran,” tambahnya.

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

Baca juga: Uni Eropa Mendesak Washington Menegakkan Kesepakatan Non-Proliferasi Nuklir Iran

Uni Eropa juga menegaskan tetap mempertahankan kesepakatan nuklir Iran yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) tersebut.

Pekan ini, Menteri luar negeri Iran, Mohammad Javad Zarif telah mengadakan pertemuan dengan kepala urusan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini. Zarif juga diketahui bertemu dengan menteri luar negeri Perancis, Jerman dan Inggris.

Berbicara setelah pertemuannya dengan Zarif, Mogherini mengatakan Uni Eropa telah setuju untuk tetap melanjutkan kerja sama dalam berbagai bidang dengan Iran sekaligus bersama-sama menjaga agar kesepakatan nuklir Iran tetap dipertahankan.

Mogherini mengungkapkan hasil pertemuan tersebut di antaranya penjualan berkelanjutan minyak dan gas Iran, transaksi perbankan yang efektif dengan Iran, hubungan transportasi laut, darat, udara dan kereta api lanjutan, investasi baru Uni Eropa di Iran, perbankan keuangan, asuransi dan perdagangan serta mekanisme pemblokiran yang bertujuan untuk membatalkan sanksi AS terhadap perusahaan Uni Eropa.

Baca Juga:  Apakah Orban Benar tentang Kegagalan UE yang Tiada Henti?

Baca juga: Iran Peringatkan AS: Kami Bisa Lanjutkan Pengayaan Uranium 20 Persen Kurang dari 48 Jam

Menurut data The Guardian, ekspor Jerman ke Iran mencapai hampir €3 milyar (£ 2.6 triliun) pada tahun 2017. Sementara ekspor Perancis melonjak dari € 562 miliar pada tahun 2015 menjadi €1.5 triliun pada tahun 2017. Perusahaan minyak Perancis, Total telah berjanji untuk menginvestasikan 5 miliar di ladang gas Pars Selatan Iran.

“Kami berdiskusi dengan Iran. Perjanjian nuklir 2015 adalah elemen penting dari perdamaian dan keamanan di kawasan ini. Kami memilih untuk mendukungnya apa pun yang AS putuskan. Kami telah berjanji untuk mengambil langkah-langkah politik yang diperlukan bagi perusahaan kami untuk tetap berada di Iran,” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Belakangan pengaruh Iran yang semakin meningkat di kawasan Timur Tengah dan sangat mengkhawatikan kekuatan Eropa, terutama dengan melihat strategi AS yang membentuk sebuah aliansi regional anti-Iran bersama Israel dan Arab Saudi. Upaya ini tentu saja dapat memunculkan konfrontasi militer yang bukan saja memotong pasokan minyak ke Eropa, tapi juga mengakibatkan krisis politik dan pengungsi yang akan tumpah ruah ke Eropa. (red/ed/nn)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,051