Berita UtamaEsaiPolitikTerbaru

Emang Gue Pikirin!

NUSANTARANEWS.CO – Kosa kata ini kembali booming setelah Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjawab dengan santai pertanyaan Bung Karni dalam ILC terkait rencana pemutaran film G30S/PKI.

Kontan kalimat ini mendapat respon yang beragam. Sebagian besar memberikan dukungan terhadap sikap Panglima TNI yang tetap bersikukuh melakukan nonton film bersama G30S/PKI dengan keyakinannya untuk menanamkan spirit kebangsaan, menjaga NKRI dan Pancasila kepada generasi kini akan kisah kelam yang pernah terjadi puluhan tahun silam.

Namun, ada juga segelintir orang yang nyinyir terhadap jawaban santai namun jitu dari Panglima tersebut.

Dialektika pemutaran film G30S/PKI sendiri memang sedang ramai dibicarakan. Dari mulai yang serius hingga alasan abal-abal yang terkesan mengada-ada.

Saya tidak ingin masuk pada materi konten cerita yang sedang ramai dibicarakan. Karena banyak alasan naif di dalamnya. Soal merokok, yang ternyata salah, sampai isu adegan kekerasan di dalamnya oleh KPAI.

Sementara film dan sinetron yang merusak anak-anak kita, asoy geboy aja nangkring di tipi-tipi keluarga Indonesia saban hari.

Baca Juga:  Temui Buruh Pabrik Rokok Grendel, Inilah Janji Cagub Risma Untuk Buruh

Kembali ke kosa kata Emang Gue Pikirin ( EGP), yang ramai diperbincangkan. Sebenarnya, ini adalah sebuah pilihan kosa kata terbaik dalam situasi dan kondisi, di mana akhir-akhir ini semua logika dan nalar dijungkir-balikan sedemikian rupa.

Pelaku, meminta korban minta maaf, adegan rokok yang katanya salah menjadi dalih, kevalidan sebuah konten cerita yang jelas-jelas berdasar fakta bahkan masih ada saksi hidupnya. Dan banyak lagi logika-logika amburadul yang selama ini hadir di etalase berfikir kita semua, yang memaksa kita untuk berusaha menurunkan sekian ratus derajat kepintaran bahkan kemanusiaan kita. Benar juga kata Rocky Gerung soal IQ sekolam, sepertinya.

Terakhir yang paling menggelikan adalah mereka yang lantang teriak-teriak paling Pancasila saat ini mengapa begitu kelojotan dan keras penolakannya terhadap pemutaran film G30S/PKI yang justru ingin menjaga NKRI bersih dari ideologi selain Pancasila? Di situ saya tiba-tiba merasa harus menjadi idiot untuk memahaminya.

Hingga akhirnya, kosa kata EGP yang dikeluarkan oleh Panglima TNI menjadi sebuah katarsis akan keidiotan logika-logika yang berseliweran selama ini dalam etalase kehidupan normal kemanusiaan kita.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Pimpin Upacara HKN di RSUD Nunukan

Saya jadi teringat, puluhan tahun silam ketika masa-masa pergerakan mahasiswa era 98-an. Seringkali menghadapi mereka-mereka ini yang sekarang sudah bermetamorfosa menjadi bagian dari rezim kuasa dan penentang utama soal pemutaran film G30S/PKI.

Banyak cara berfikir dan logika amburadul yang kerap kali diungkapkan dalam berdialektika dan berdiskusi. Hingga akhirnya, para aktivis sering bilang, untuk menghadapinya harus dengan jurus Naga Batu, di mana orang gila harus dihadapi dengan tingkah dan cara yang lebih gila agar kita tidak gila.

Tidak ada kamus yang ‘waras ngalah‘ dalam menghadapi kepala batu dan IQ 200 sekolam ini. Sebab, memang itu yang mereka inginkan, dengan kegilaan logikanya agar kita mengalah dan kalah!

Maka, tak ada cara lain menghadapinya, kecuali dengan cara-cara yang lebih gila lagi. Intinya, menghadapi mereka yang sering menjungkir-balikan logika adalah tidak harus selalu dengan argumentasi, data dan fakta.

Karena mereka tidak akan pernah menjelaskan sesuatu sesuai logika dan nalar manusia. Alias, jangan berharap ada logika dalam dialektika. Nggak bakal nyambung bro, suweer… kita pakai otak dan nurani mereka pakai dengkul!

Baca Juga:  Komfercab GP Ansor Sumenep Cacat Hukum, Sejumlah Kader Protes

Makanya, jawaban terbaik adalah memberikan alasan yang juga tanpa logika; Emang Gue Pikirin! Bikin orang gila jadi gila dengan cara ‘gila’ adalah hal tergila!

Penulis: Arbow, Budayawan Jalanan & Mantan Aktivis 98 / Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 8