NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2014-2017 yang selalu gagal mencapai target, menurut Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng dipengaruhi daya beli masyarakat menurun.
“Penyebab sektor eksternal diantaranya adanya daya beli masyarakat yang cenderung stagnan dan menurun,” kata Salamuddin Daeng kepada Nusantaranews.co, Jumat (9/2/2018).
Menurut Daeng, munculnya daya beli yang stagnan dan menurun ada banyak sebab. Diantaranya program kebijakan tentang padat karya ternyata masih belum terlaksana.
“Sampai sekarang proyek-proyek padat karya juga belum ada ya kan? Yang padat itu kerja bukan padat modal. Yang banyak mempekerjakan tenaga pekerja. Itu yang menyebabkan daya beli masyarakat melemah,” sambungnya.
Kemudian lanjut dia, industri nasional tidak tumbuh dengan baik. Dirinya mengungkap selama ini belanja nasional, baik belanja swasta maupun belanja pemerintah, terutama industri masih didominasi barang-barang impor. Baik bahan baku barang modal, barang industri maupun barang-barang konsumsi. “Jadi multiplayer effecnya kepada ekonomi nasional menurun,” terangnya.
Baca: Pemerintah Indonesia Dinilai Takut Dikritik Oleh Rakyatnya
Penyebab lain daya beli menurun, kata Daeng dipengaruhi tidak adanya perbaikan pendapatan petani maupun pendapatan buruh tani. “Yah petani begitu-begitu saja tidak ada perbaikan. Padahal petani di Indonesia adalah mayoritas,” ungkapnya.
Sebagai informasi BPS melaporkan ekonomi nasional tahun 2014 hanya mampu tumbuh di level 5,02%, angka ini jauh dari asumsi dasar yang dipasang pemerintah dalam APBN yakni sebesar 5,5%. Kemudian pada 2015, ekonomi dalam negeri kembali gagal mencapai target yang ditetapkan, yakni sebesar 4,88%. Angka ini terbukti menjadi paling rendah sejak enam tahun sebelumnya.
Sedangkan pada 2016, ekonomi nasional ditargetkan sebesar 5,1% kembali tidak mampu direalisasikan pemerintah. Tercatat, pertumbuhan ekonomi di tahun ini hanya berada di level 5,02%. Selanjutnya, pemerintah juga tidak bisa merealisasikan pertumbuhan ekonomi di level 5,2% pada 2107. Sepanjang tahun lalu, perekonomian nasional hanya berada di level 5,07%.
Pewarta: Romandhon