AS dan NATO Berencana Dirikan Akademi Militer di Irak

AS dan NATO Berencana Dirikan Akademi Militer di Irak
AS dan NATO berencana dirikan akademi militer di Irak.

NUSANTARANEWS.CO – Menjelang berakhirnya tahun 2017 lalu, Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengumumkan bahwa pasukan pemerintah telah berhasil membebaskan seluruh Irak dari kekuasaan kelompok militan ISIS. Abadi juga mengatakan bahwa seluruh daerah yang dikuasai ISIS termasuk yang berbatasan dengan Suriah telah dibersihkan dan dikendalikan sepenuhnya.

Pada Januari 2018, juru bicara pasukan koalisi pimpinan AS Kolonel Ryan Dillon mengumumkan pasukan AS perlahan akan ditarik dari bumi Irak dan hanya menyisakan sekitar 4.000 dari 10.000 pasukan yang selama ini terlibat dalam perang sejak 2014.

Perang Irak adalah bukti keganasan AS. Bush Junior melancarkan Perang Teluk II untuk menggulingkan Saddam Hussein yang dituduh menyimpan senjata pemusnah massal. Tuduhan ini tidak terbukti. Malah, tuduhan sepihak AS tersebut justru mengakibatkan lahirnya kelompok-kelompok ekstrim bersenjata di kawasan regional yang mengakibatkan destabilisasi Timur Tengah terus berlanjut. Alhasil, perang yang semula hanya ditujukan untuk menggulingkan Saddam Hussein memperluas misinya yakni memburu kelompok teroris.

Setelah Dillon memastikan penarikan pasukan AS dari Irak, Menteri Pertahanan James Mattis mengirimkan surat ke markas NATO. Dikutip News World Daily, Kamis (8/2/2018), Mattis mengirimkan surat yang ditujukan kepada NATO berisi tentang sebuah permintaan untuk melakukan misi ke Irak guna melatih pasukan Irak. Sebab, setelah perang 4 tahun dengan ISIS, AS ingin memastikan kelompok militan tidak muncul kembali.

Baca:

NATO sebetulnya masih punya 20 orang penasihat di Irak. Namun demikian, permintaan AS akan ditindaklanjuti menteri pertahanan NATO yang diperkirakan akan membahasnya di Brussels pekan depan. Juli mendatang keputusan akan segera diumumkan.

Lebih lanjut, surat Mattis tersebut juga berisi tentang rencana pengembangan akademi dan doktrin militer untuk kementerian pertahanan Irak. “AS mendorong peran NATO di Irak, bukan dalam pertempuran namun untuk penugasan jangka panjang,” kata seorang diplomat senior NATO kepada Reuters.

Kabarnya, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah membahas rencana jangka panjang AS dan NATO (Uni Eropa) di Irak kepada Perdana Menteri Haider al-Abadi. (red)

Exit mobile version