NUSANTARANEWS.CO – Pimpinan Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn mendukung gerakan Papua Merdeka. Dukungan ini berlandaskan pada kebijakan partai oposan tersebut bahwa hak Asasi manusia (HAM) dan keadialan adalah fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dilansir The Guardian, Corbyn prihatin dan bersimpati terhadap situasi dan kondisi di Papua Barat yang disinyalir tidak mendapatkan keadilan dari pemerintah Indonesia. Selain itu, Corbyn juga menuding negara (Indonesia) mengekang hak asasi manusia bagi warga masyarakat Papua Barat. Berdasar pandangannya tersebut, Corbyn menyerukan dukungan terhadap gerakan Papua Merdeka.
Dukungan Corbyn tersebut disampaikan ketika dirinya berpidato dalam pertemuan Parlemen Internasional di Gedung Parlemen Inggris, pekan ini. Jeremy melontarkan bahasa provokatif bahwa rakyat Papua Barat sudah waktunya untuk bangkit melawan pemerintah, yang oleh Corbyn disebut sebagai penjajah Indonesia.
ABC mengutip penggalan pidato Pemimpin Partai Buruh oposisi terbesar itu bahwa Papua Barat harus sudah mampu membuat pilihan politik sendiri.
“Sudah saatnya rakyat Papua Barat mampu membuat pilihan mereka sendiri tentang masa depan politik mereka. Ini (gerakan memisahkan diri dari Indonesia) mengenai strategi politik untuk membuka mata dunia terkait penderitaan rakyat Papua Barat, untuk memaksa adanya agenda politik serta memaksa PBB melihat yang bias menghasilkan pilihan bagi rakyat Papua Barat atas keinginan mereka (berpisah dari Indonesia),” seru Corbyn.
Ia terang-terangan menyampaikan aspirasi profokatifnya di hadapan para anggota Parlemen Internasional. Pasalnya, pertemuan tersebut dinilainya adalah waktu yang tepat dan akan menjadi sejarah yang hebat.
Anggota Parlemen Internasional yang berada di Gedung Parlemen Inggris ketika itu terdiri dari para pemimpin dan menteri dari beberapa negara Pasifik, salah satunya pimpinan gerakan Papua Merdeka yakni Benny Wenda. Senada dengan seruan Corbyn, Wenda juga ikut-ikutan mengampanyekan kemerdekaan Papua Barat. Namun, referendum tersebut mendapat pengawasan ketat dari PBB di Indonesia.
Selain Wenda, hadir pula beberapa anggota parlemen, menteri, para pemimpin politik Inggris, Tonga, Vanuatu, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Pertemuan Parlemen Internasional ini diduga ulah dari anggota Parlemen Inggris yang mendalanginya.
Di pihak lain, munurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatja Nasir, pertemuan tersebut tidak dilakukan oleh anggota Parlemen Inggris melainkan hanya dimanfaatkan oleh Benny Wenda dan golongannya untuk mencari muka di mata internasional.
“Bicara di situ, disebutkan ada Perdana Menteri (PM) Tonga, nah itu kebetulan PM Tonga sedang melakukan kunjungan ke Inggris. Mereka bahkan sama sekali tidak mendukung gerakan yang dilakukan Wenda (Pemimpin Gerakan Papua Merdeka),” ungkap Nasir di kantornya, Kamis (6/5/2016).
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman