Ekonomi

BI Akhirnya Angkat Bicara Soal Rupiah Melemah

Bank Indonesia (BI). (Foto Dok. Nusantaranews.co/Romadhon)
Bank Indonesia (BI). (Foto Dok. Nusantaranews.co/Romadhon)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Di penghujung akhir pekan, Jumat 29 Juni 2018 posisi nilai tukar rupiah trennya terus melemah hingga tembus Rp. 14.400. Hal ini membuat Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo akhirnya angkat bicara mengenai memburuknya rupiah terhadap dolar AS.

Saat berada di gedung BI, Jakarta, Jumat, (29/6/2018) Perry Warjiyo menyatakan bahwa tekanan global saat ini terus berlangsung. Hal itu dengan ditandai likuiditas global yang mengetat serta ketidakpastian pasar keuangan tetap tinggi, di tengah kenaikan pertumbuhan ekonomi global 2018 yang diprakirakan terus berlanjut.

“Hal itu didorong berlanjutnya akselerasi ekonomi Amerika Serikat (AS), masih kuatnya pertumbuhan ekonomi Eropa, serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi Cina,” ungkap Perry.

Baca Juga:
Hasil Survei IDM: Selama 3,5 Tahun Terakhir Masyarakat Sangat Sulit Mencari Pekerjaan
Sebuah Catatan Kaki: 20 Tahun Reformasi Oligarki Ekonomi Menguat, Rakyat Tersingkir

Menurut dia, prospek pemulihan ekonomi global yang membaik meningkatkan volume perdagangan dunia. Hal itu kemudian berdampak pada harga komoditas yang tetap kuat. Ia menambahkan, ketidakpastian global yang masih tinggi juga dipengaruhi kebijakan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) yang menurunkan net pembelian aset, kebijakan Bank Sentral Cina (PBoC) yang menurunkan GWM, ditambah harga minyak yang naik, serta ketegangan hubungan dagang AS-Cina yang kembali meningkat.

Baca Juga:  Operasi Pasar Atasi Kelangkaan Gas Subsidi di Kabupaten Pidie Jaya

“Ketidakpastian tersebut pada gilirannya memicu penguatan mata uang dolar secara global dan memicu pembalikan modal dari negara berkembang. Dengan begitu memperlemah mata uang banyak negara, termasuk rupiah,” kata Perry.

Sebelumnya, Gubernur BI pada April 2018 lalu juga mengomentari mengenai jumlah utang luar negeri Indonesia pada akhir April 2018. Dari catatan BI, utang luar negeri tersebut berada pada angka 356,9 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 4.996,6 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS).

Perry mengungkapkan bahwa utang luar negeri tersebut masih dalam kategori aman jika dilihat dari rasio produk domestik bruto (PDB).

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3,056