Politik

Berburu Caleg Perempuan Dinilai Jadi Tantangan Bagi Parpol

Caleg Perempuan (Ilustrasi/Nusantaranews.co)
Caleg Perempuan (Ilustrasi/Nusantaranews.co)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Penutupan pendaftaran calon legislatif (caleg) dijadwalkan akan berlangsung pada 17 Juli 2018 mendatang. Sementara situasi yang sedang dihadapi beberapa partai politik saat ini menurut pengamat politik Zulfahri Pahlevi adalah mencari caleg perempuan.

Dirinya menjelaskan bahwa sistem yang mengatur tiga caleg dengan komposisi satu perempuan tiga laki laki dinilainya menyulitkan partai politik. Alasannya kata dia, saat ini banyak orang yang sudah melek politik.

“Kenapa caleg dulu berebut? Karena masyarakat dulu belum melek politik. Sehingga dulu untuk sekedar menjadi caleg tak perlu turun sampai ke bawah. Dengan duduk manis semua kelar. Kalau sekarang harus turun ke bawah menjelaskan politik,” kata Fahri sapaan, Zulfahri Pahlevi kepada Nusantaranews.co, Jumat (13/7/2018).

Menurut dia, menjadi caleg sekarang berat tantangannya. Selain harus memiliki gagasan kuat dalam membangun daerah yang diwakili, seorang caleg harus benar-benar dikenal di masyarakat. Kalau tidak, lanjut Fahri maka tidak ada publik yang akan memilihnya.

Baca Juga:  Anto Bolokot Siap Mewakili Putra Daerah di Pilkada Nunukan 2024

Baca Juga:
PKB Depok Sediakan Kuota 40 Persen untuk Bacaleg Perempuan
Sistem Pemilu Terbuka Munculkan Diaspora Politik

“Karena apa? Kualitas anggota dewan 2014-2019 teramat buruk. Mereka stigmanya buruk. Seperti kacang lupa kulitnya apa yang dijanjikan tidak sesuai,” sambungnya.

Dirinya menegaskan bahwa dari pemilu ke pemilu jumlah pemilih untuk legeslatif terus menurun. Mengenai caleg perempuan, Fahri mengaku pesimis partai politik bisa memenuhi. Adapun akan terpenuhi, itupun kata Fahri sifatnya memaksa dan settingan.

“Caleg perempuan settingan. Sekarang ini ada penurunan kualitas caleg, sementara yang dicari partai kuantitas caleg. Karena untuk memenuhi kuota. Misal ada sekitar 560, minimal setengah harus terpenuhi, sementara keterwakilan perempuan harus memenuhi satu pertiga persen. Kalau memperoleh calon perempuan susah,” terangnya.

Dia menjelaskan, bahwa fenomena yang terjadi sekarang, tingkat kepercayaan publik terhadap senator dan parlementer menurun. “Karena publik mulai melek politik. Ini akan menimbulkan ancaman golput massal. Ini ngeri,” ungkap dia.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Resmikan Pemanfaatan Sumur Bor

Editor: Romadhon

Related Posts

1 of 3,052