Puisi Nasruddin Anshoriy Ch
BELUKAR TANPA AKAR
Bertanya pada rimba
Temaram senja sudah kehabisan kata
Inikah belukar tanpa akar itu?
Kudengar jerit langit menajamkan kebisuanku
Ada sepi menghimpit
Ada senyap menggigit
Belukar tanpa akar mengikrarkan resahku
Sudah begitu lama tak lagi kucium kuncup bunga di negeri ini
Saat melati hanya menyisakan suara sunyi
Ketika mawar hanya menusukkan duri pada memar bangsaku
Masih adakah bening embun itu?
Dalam sesak nafas bangsa ini
Kudengar kepak sayap burung-burung gagak menerjang senja
Seakan rumah tanpa jendela
Seperti gerimis cuka mengguyur luka
Bangsa ini sudah seharusnya mencuci mulutnya dari limbah jelaga
Rimba tanpa akar mengikrarkan resahnya
Gus Nas Jogja, 2018
BERI AKU SUBUH
Tuhanku
Beri aku subuh dalam runtuh risauku
Terbanting di batu karang
Kurayakan remuk rinduku di haribaan waktu
Tuhanku
Siram aku dengan air mata cahaya
Agar sukmaku tumbuh menjadi kelopak bunga
Saat subuh dan senja tak pernah bertemu
Tautkan tali temali doa ini dalam bait puisiku
Tuhanku
Peluk aku hingga takluk segala rukukku
Dekap aku hingga gelap tak lagi menyergap
Tuhanku
Subuh senyap ini aku lumat dalam senandung sepiMu
Gus Nas Jogja, 2018
HM Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional.
Baca juga:
- Pulang dari Parangtritis
- Berguru pada Ki Hadjar Dewantara
- Potret Diri
- Panca Dharma
- Kupetik Istighfar
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]