Budaya / SeniPuisi

Bejana Malam, Cermin Malam, Sepenggal Kematian – Puisi Vito Prasetyo

“East of Eden #2,” an acrylic on canvas work from 2016. Credit Berry | Campbell Gallery via nytimes.com
“East of Eden #2,” an acrylic on canvas work from 2016. Credit Berry | Campbell Gallery via nytimes.com

Sepenggal Kematian

seribu nama telah engkau tanyakan
seribu nama telah engkau tikam
akankah engkau beslah dengan pedang nista
hidup ini hanya menanti waktu
ketika jalan mulai sarat dengan dosa
– dan jiwa-jiwa itu teramat letih
memanggul jasad-jasad hina
// yang sesungguhnya hanya berakhir dalam pembaringan

Malang – 2016

Baca: Kembara Langit

Bejana Malam

Kembali kutelisik malam
di atas, rembulan jalan mengendap
di antara gemerlap bintang
Disana menggantung kabut
membelah udara hampa
berbicara lewat bisunya ruang waktu
Kadang pada bahu angin
berbisik lembut menguraikan cinta
tentang kisah penghuni jagad

Rembulan menapaki sepertiga langkah
menggantung di pertapaan malam
nyaris tanpa busana
Rembulan itu tersipu malu
saat menatap dan memandang diriku
sekian ribu tahun
(dia) hanya hidup di bejana malam
Ada tetesan airmata di pelupuk matanya
tatkala bayangnya tersaput mega
mungkin, itu menjadi dosa baginya

Tetapi ada kalanya
dia begitu angkuh
ketika manusia merindukan dirinya
dia begitu enggan merentangkan sinarnya
Di atas punggung gemintang
diletakkan bait-bait penanti pagi
bersama aroma bidadari mimpi
merias batas nalar ke alam bawah sadar
saat tubuh-tubuh letih merebah
meretaskan hasrat jiwa
agar nafas bisa menjemput pagi

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Di beberapa sudut dunia, manusia penuh dosa
tengah menuntaskan pergumulan birahi
tak peduli malam semakin kusam
mengisi dan terus mengisi
bejana malam
di sela-sela pendakian malam
‘tuk merengkuh ruang waktu
Bersama rembulan dan gemintang

Malang – 2016

Simak: Kasat Pikiran Manusia di Balik Pintu

Cermin Malam

Ingin kutelisik malam
dan kusulam dengan benang rindu
tapi penat menghadang bagai tembok bisu
merancukan nalar
Apakah masih ada setetes tinta,
untuk mengurai makna!?
Sedang malam terus mengayuh
rindu pun hanya sebatang ilusi
– yang tak memiliki sukma
dan kadang membutakan jiwaku
Dalam gelap malam,
kuyakin masih ada yang tersisa
sebuah kebeningan cermin malam
menyatukan mimpiku
walau tintaku telah usang
dalam garisan tanpa makna

Malang – 2016

 

Vito Prasetyo
Vito Prasetyo

*Vito Prasetyo, dilahirkan di Makassar, Ujung Pandang, 24 Februari 1964. Pria Bernama lengkap Victorio Prasetyo W bergiat di dunia sastra sejak 1983. Karya-karyanya tersiar di berbagai media massa seperti Harian Pedoman Rakyat (Makassar), Suara Karya, Malang Post, Radar Malang, dll. Dan termaktub di beberapa Antologi Puisi seperti Jejak Kenangan (Rose Book, 2015), Tinta Langit (Rose Book (2015), 2 September (Rose Book, 2015), Jurnal Puisi SM II 2015 (Sembilan Mutiara Publishing, 2016), Malam-malam Tanpa Nafas (2013), Perjalanan (2014), Kumpulan Puisi Religi (2013 – 2014), Kumpulan Cerpen Wanita-wanita, Menuju Ridho Allah (2014 – 2015). Kini ia mukim di Malang, Email: [email protected], dan HP: 081259075381

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi/berdonasi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124