NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Analis Pertahanan dan Alutsista TNI, Jagarin Pane mengungkapkan bahwa, tatkala TNI mengerahkan dua kapal selamnya ke perairan yang berbatasan dengan Filipina untuk melakukan blokade pagar betis terhadap gerilyawan Marawi, maka itulah kemampuan maksimal yang dimiliki karena memang hanya punya dua kapal selam.
“Kapal selam kita hanya dua selama kurang lebih 40 tahun padahal negeri ini dua pertiga adalah perairan,” kata Jagarin dalam catatan kritisnya beberapa waktu lalu.
Simak: Kabar Segar Perkembangan Modernisasi Alutsista TNI
Menurut dia, sebentar lagi kekuatan kapal selam Indonesia akan bertambah. Ada dua kapal selam baru yang mau datang dari pabrikannya di Korsel. Kedatangan dua kapal selam baru itu sedikit mengurangi sesak nafas akan kurangnya alutsista pemukul strategis bawah air.
“Dua kapal selam jelas tidak punya efek gentar jika yang dihadapi adalah perairan kepulauan negeri ini yang banyak dilintasi kapal-kapal asing termasuk juga kapal selam asing,” katanya.
Semua kalangan, tutur Jajarin, baik pemikir strategis Hankam, Mabes TNI, Akademisi, Pemerhati Pertahanan selama puluhan tahun sepakat bahwa alutsista strategis bawah air kita harus berada di kisaran angka 10-12 kapal selam sebagai ukuran standar untuk mengawal perairan NKRI. Tetapi selama puluhan tahun itu pula angkanya tidak pernah bergerak dari jumlah rakaat sholat rawatib.
Telaah: Proyek Alutsista Strategis Kapal Selam Diam-diam Sudah Dimulai
“Selama pemerintahan SBY, delapan tahun berwacana terus agar kita bisa menambah jumlah kapal selam. Cari format sana sini. Kilo sempat digadang-gadang dan mampu membuat sejumlah orang mabuk kepayang karena akan mendapat kapal selam jenis Kilo, jumlahnya tidak tanggung-tanggung 12 biji dan sempat diumumkan Menhan waktu itu,” ungkapnya.
Akhirnya, tegas Jagarin, di tikungan terakhir Changbogo menyalip semuanya termasuk U214. Changbogo dipilih karena pola transfer teknologinya sebagaimana yang diinginkan pemerintahan SBY. Proyek tiga kapal selam ini, dua diantaranya dibuat di Korsel dan satu di PAL Surabaya. Dua kapal selam segera tiba dan satu kapal selam lagi sedang dibuat di PAL Surabaya.
Baca: Kekuatan Militer Indonesia di Natuna Kian Membara
Ia menambahkan, begitu ketatnya “cara membuat kapal selam” di PAL Surabaya sampai-sampai mengambil fotonya saja tidak diperkenankan dan seluruh karyawan steril dan menjaga rahasia. “Kita hormati itu karena ini adalah alutsista strategis teknologi tinggi yang teknologinya harus kita kuasai. Tentu harapannya adalah setelah kita menguasainya maka pembuatan kapal selam selanjutnya istiqomah di PAL. Istiqomah supaya fathonah, konsisten agar ilmunya dapat,” urainya.
Pantau: Pertunjukan Mendebarkan Helikopter AW101 Di Garis Polisi
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa, banyak yang sedang dilakukan pemerintah untuk mengembangkuatkan tentaranya. “Kita sedang menanti kedatangan 5 jet tempur F16 blok 52 tahun ini. Tahun berikutnya kita mendapatkan 10 jet tempur Sukhoi SU35. Proyek pengadaan kapal perang jenis Fregat dengan Denmark menemukan jalan terang sementara galangan kapal dalam negeri sedang mengerjakan pembuatan 2 kapal cepat rudal (KCR), 8 kapal patroli cepat, 6 LST (Landing Ship Tank) 1 Landing Plattform Dock (LPD) dan 1 kapal selam,” jelas Jagarin.
Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman