NUSANTARANEWS.CO, Semarang – Analis Pertahanan dan Alutsista TNI Jagarin Pane memberikan apresiasi terhadap unjuk kekuatan militer Indonesia yang diperlihatkan lagi bulan lalu. Belum sebulan melakukan latihan gabungan skala besar dan terintegrasi antar matra, akhir pekan ini (awal Oktober) diperlihatkan lagi melalui hari ulang tahun TNI yang ke 74. Waktu itu, TNI menggelar kekuatan full armament di Pangkalan militer Halim AFB Jakarta, minus kapal perang.
“Kekuatan militer Indonesia meningkat signifikan selama sepuluh tahun terakhir. Termasuk juga berkibarnya industri pertahanan dalam negeri seperti PINDAD, PT PAL, PT DI dan industri pertahanan swasta nasional. Kita boleh membanggakan kekuatan ini jika dibanding dengan kekuatan kita sepuluh tahun yang lalu,” kata Jagarin dalam keterangannya, bulan lalu.
Namun, kata dia, untuk negera kepulauan sebesar ini tentu kekuatan yang kita miliki belumlah mencapai kekuatan minimal yang dipersyaratkan. Begitu pun pencapaian yang kita dapatkan sampai di usia perjalanan yang ke 74 pengawal NKRI patut disyukuri, dinikmati dan dirayakan dengan menggelar kekuatan.
Jagarin menerangkan bahwa, TNI tengah dalam perjalanan memodernisasi kekuatannya. Kekuatan itu sejatinya bertumpu pada kekuatan angkatan laut dan angkatan udara. Negara kepulauan harus punya kekuatan angkatan laut yang disegani karena dua pertiga teritori negeri ini adalah perairan. Juga angkatan udara sebagai payung teritori darat dan laut wajib untuk diperkuat.
“Barusan sudah dibentuk model pertahanan wilayah yang dikenal dengan Kogabwilhan (Komando Gabungan Wilayah Pertahanan) dan panglimanya berbintang tiga. Ada tiga Kogabwilhan yang diperasionalkan sesuai tuntutan dinamika kawasan. Kogabwilhan I yang berpusat di Tanjung Pinang akan menjadi payung utama untuk mengawal Natuna dan Selat Malaka,” tuturnya.
“Gelar-gelar kekuatan seperti ini dipermanenkan sehingga tidak diperlukan lagi gugus tempur laut atau gugus keamanan laut atau satuan tugas tempur lainnya. Termasuk juga mengefektifkan kekuatan Kodam di luar Jawa, sehingga tidak ada lagi kesan Java Centris,” imbuhnya.
Menurut dia, perubahan pola strategis ini sangat membantu utamanya dalam soal rentang kendali pengerahan pasukan dan alutsista termasuk mata rantai logistik. “Nah yang terpenting dari semua perubahan strategis itu adalah ketersediaan isian alutsista yang terintegrasi antara tiga matra. Jangan sampai dibikin kantor baru, perabotnya belum tersedia,” ujar Jagarin.
Lebih lanjut ia mengatakan, isian alutsista masih banyak yang harus dipenuhi dan secepatnya. Kita ingin mengkritisi bahwa selama lima tahun terakhir ini di MEF II proses pengadaan alutsista sedikit tersendat, alias tidak selancar di MEF I tahun 2010-2014. Contohnya pengadaan jet tempur Sukhoi SU35 dan pengadaan program kapal perang PKR tahap kedua.
“Kita berharap kecepatan proses pengadaan alutsista di MEF III tahun 2020-2024 bisa berjalan baik. Kita berpacu dengan waktu karena masing-masing negara di kawasan ini juga berlomba meningkatkan kekuatannya. Adalah Cina yang menjadi sebab dengan menggeliatkan lidah naganya kemana-mana dan sampai juga di Laut Cina Selatan,” ungkapnya. (red/nn)
Editor: Achmad S.