Berita UtamaMancanegara

Amerika Kembali Memprovokasi Cina di Laut Cina Selatan

NUSANTARANEWS.COAmerika Serikat (AS) kembali memprovokasi Cina di laut Cina Selatan (LCS). Kementerian Pertahanan China mengatakan pada hari Jumat (23/3) bahwa AS telah melakukan tindakan provokatif secara serius dengan mengirimkan sebuah kapal perusak mendekati pulau buatan yang dibangun oleh Cina di LCS. Operasi “kebebasan navigasi” oleh USS Mustin tersebut dianggap Cina sebagai mengancam kedaulatan dan keamanan negara

Pejabat Angkatan Laut AS pada hari Jumat (23/03/2018) mengatakan bahwa kapal perusak USS Mustin melakukan operasi “kebebasan navigasi”. Mereka menambahkan bahwa selama operasi tersebut, kapal itu berada dalam jarak 12 mil laut dari pulau buatan Cina di Karang Mischief, Kepulauan Spratly.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Juru Bicara Kementerian Pertahanan Cina Ren Guoqiang, kapal Angkatan Laut AS itu dituduh memasuki wilayah perairan Cina tanpa izin. Padahal USS Mustin telah “diperingatkan” oleh fregat Huangshan dan Zhenjiang, bunyi pernyataan itu.

Guoqiang juga mengatakan bahwa perilaku provokatif oleh AS hanya akan mendorong militer Cina memperkuat kemampuan pertahanannya. “Kami menuntut pihak AS dengan sungguh-sungguh menghormati kedaulatan dan keamanan Cina dan keinginan kuat negara-negara di kawasan itu untuk melindungi perdamaian, stabilitas dan ketenangan, dan tidak membuat keributan dan enimbulkan kekacauan,” lanjutnya.

Baca Juga:  Maya Rumantir Terima SHIELD of First Excellence dari Konsorsium Firsts Union dan PPWI

Sementara Washington melihat bahwa reaksi berlebihan Cina terhadap operasi USS Mustin di dekat pulau buatan itu sebagai upaya Beijing untuk membatasi kebebasan navigasi di LCS.

Militer AS sendiri mengatakan bahwa kegiatannya dilakukan di bawah hukum internasional dan pasukan Amerika beroperasi di wilayah itu berdasarkan rutinitas.

“Kami melakukan operasi navigasi rutin dan reguler, seperti yang telah kami lakukan di masa lalu dan akan terus dilakukan di masa depan,” kata Letnan Komandan Nicole Schwegman, juru bicara Armada Pasifik AS.

Operasi kebebasan navigasi oleh USS Mustin bertepatan dengan rencana latihan  Angkatan Laut Cina di LCS. Surat kabar resmi militer Cina mengatakan bahwa latihan tempur di LCS sebagai bagian dari latihan rutin tahunan.

Tentara Pembebasan Rakyat sendiri mengatakan bahwa latihan tempur akan berlangsung lama, tanpa memberikan rincian tentang waktu, lokasi atau kapal apa yang akan berpartisipasi.

“Ini adalah latihan rutin tahunan Angkatan Laut sebagai upaya untuk menguji dan meningkatkan kemampuan militer. Latihan ini tidak ditujukan pada negara atau target tertentu,” tulis surat kabar itu.

Baca Juga:  SK Kwarda Jatim Terbit, Semangat Baru Bagi Pramuka Jawa Timur

Angkatan Laut dan Angkatan Udara Cina secara berkala terus melakukan latihan di LCS, di mana Beijing telah membangun pulau buatan tersebut sebagai pangkalan militer yang dilengkapi dengan landasan pacu pesawat tempur dan fasilitas militer lainnya yang membuat wilayah itu menjadi tidak nyaman.

Cina mengklaim sebagian besar wilayah LCS dan dengan tegas menolak kritik atas kegiatannya di wilayah strategis itu meski terlibat sengketa teritorial dengan sedikitnya 6 negara: Filipina, Brunei Darussalam, Taiwan, Vietnam dan Malaysia.

Sementara Indonesia sendiri mendapat protes keras dari Cina setelah mengganti nama zona ekonomi ekslusif Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara.

Mengapa Laut China Selatan ini menjadi begitu diperebutkan? Menurut data dari pemerintah AS, LCS memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. LCS merupakan jalur lalu lintas perdagangan internasional yang bernilai lebih dari US$ 5,3 triliun setiap tahunnya. Sedangkan berdasarkan data Badan Informasi Energi AS,  kawasan ini menyimpan cadangan minyak bumi sebesar 11 miliar barel serta gas alam hingga 190 triliun kaki kubik. Bukan hanya itu, 90 persen lalu lintas pengangkutan minyak bumi dari Timur Tengah menuju Asia pada 2035 akan melintasi perairan tersebut. (Aya)

Related Posts

1 of 36