Budaya / SeniPuisi

Akhirnya Kita Sampai, (di) Rantau

Puisi Mukhamad Choirudin

Rantau

di hadapan pagi aku bermula
di bawah matahari aku berupa
hari-hari panjang dan waktu yang diam
sepanjang kedatanganku padamu
dari ingatan yang hampir lumpuh terhapus oleh segala
keringat yang tumbuh dari pori-pori memori: menari, menyanyi,
sendau gurau kekanak-kanakan

bunga mawar pudar sudah merahnya
umur panjang selalu kau ceritakan padaku agar
aku tergoda menjadi yang tidak lagi diriku
tidak ada jalan yang tidak menguras umur, katamu
sehingga habis umurmu
dan jalan tak pernah buntu

Jakarta, Mei 2017

Akhirnya Kita Sampai

Aku mendengar dengung sunyi di wajah malam
membangunkan segenap ingatan yang lusuh oleh waktu
pada jarak ratusan cahaya.

Bila resah adalah bahasa sederhana
yang hadir dalam ranjang malam pertama
ia malapetaka yang berkeliaran mencari mangsa.

Bulan hadir di langit malam menjadi semacam pertemuan
seorang anak yang hilang dari pelukan ibunya.
tidurnya adalah doa ibu yang di dengar oleh-Nya
ketika bangun menjadi orang,
yang diyakini bisa menjadi alat pengendali kehidupan.

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Kita telah usai, merajut waktu
Hadirlah kini masa depanmu yang dulu kau takuti
Dan kau hindari.
Larilah sekuat kakimu menyangga.
Luka dan keindaannya.

Yogyakarta, 2015

Mukhamad Choirudin lahir di Magelang, Jawa Tengah, 7 November 1992. Puisinya pernah termuat dalam antologi bersama Musim Yang Berjalan Pada Kota Waktu dan Puisi-puisi Lainnya (KMSI FBS UNY) 2012.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 120