NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, menyampaikan bahwa bukan hanya bahan pangan yang ditimbun menjelang puasa dan hari raya Lebaran nanti, tapi juga pulsa listrik. Karena harganya sudah pasti naik berkali-kali lipat.
“Menimbun pangan atau pulsa listrik sudah pasti untung besar. Harga pangan secara otomatis akan naik menjelang puasa karena permintaan meningkat. Sementara harga listrik dinaikkan dengan kebijakan pemerintah,” ungkapnya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Nusantaranews, Jakarta, Jum’at (5/5/2017).
Menurut Salamuddin, diterbitkannya Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada hari buruh 1 Mei 2017 lalu terkait kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) adalah kado istimewa bagi para penimbun pulsa listrik. Bayangkan, para penimbun pulsa listrik langsung untung 30% akibat diterbitkannya Permen ESDM tersebut.
“Ini tidak mungkin gratis. Kuat dugaan ada insider trading yang mendorong kebijakan ini untuk mendapatkan untung besar. Insider trading ini boleh jadi penguasa, atau bosnya penguasa. Mereka memborong pulsa listrik lebih dahulu baru meminta pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga listrik,” ujarnya.
Oleh karena itu, Salamuddin pun meminta aparat keamanan jangan hanya memburu para spekulan pangan, tapi juga memeriksa pihak yang menjalankan ijon listrik dan memburu para penimbun pulsa listrik.
“Mengingat listrik adalah kebutuhan dasar rakyat yang dijamin oleh konstitusi. Dengan demikian negara harus menjamin stabilItas harga listrik dalam jangka panjang untuk menjamin stabilitas ekonomi dan politik,” katanya tegas.
Para peng-ijon listrik dan para penimbun pulsa listrik, Salamuddin menambahkan, harus ditangkap dan diadili karena mereka telah merongrong negara dan pemerintahan, serta merusak stabilitas nasional.
Pewarta: DM | Rudi Niwarta
Editor: Achmad Sulaiman