Rubrika

Hadang Intoleransi Masuk Sekolah, Pergunu Bekali Pelajar Jurnalisme Damai

radikal, intoleran, mahasiswa, peran hamasiswa, mahasiswa ptkin, aziz hakim, kemenag
Kepala Seksi Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Kementerian Agama RI saat mewakili Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Muhammad Aziz Hakim membuka kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Lhokseumawe Aceh. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Depok – Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) menggelar kegiatan bertema Jurnalistik Pelajar Damai dengan tujuan membekali para siswa dan seluruh elemen sekolah dalam menghadapi bahaya intoleransi dan radikalisme.

“Gelaran ini pun dimaksudkan sebagai ruang silaturahmi antar guru dan siswa serta sarana untuk menebarkan Islam yang menjadi berkah untuk semesta,” kata Ketua pelaksana acara, Abdul Hakim dalam keterangan resmi, Jumat (7/9/2018).

Hakim menyampaikan, kegiatan yang akan diisi dengan Launching PC Pergunu Kota Depok ini akan dilaksanakan pada Sabtu, 8 September 2018 pukul 7.00 – 13.00 di komplek LIA, Jalan Margonda Raya No.200, Kemiri Muka, Beji, Kemiri Muka, Beji, Kota Depok.

Lebih lanjut Hakim menerangkan bahwa digelarnya kegiatan ini merupakan tanggapan terhadap adanya peningkatan sentimen keagamaan yang berkembang belakangan ini, dimana hal tersebut perlu segera disikapi secara bijak, tak hanya cepat namun juga harus tepat.

“Salah satu akar dari mencuatnya sentimen tersebut adalah intoleransi yang menjalar hampir ke berabagai lini. Dan untuk urusan ini, sekolah ternyata seringkali tak menjadi tempat yang aman dari ungkapan kebencian,” kata Hakim.

Baca Juga:  Tingkatkan Peran Masyarakat Dalam Pendidikan di Era Digital, DP Ponorogo Gelar Sosialisasi Tingkat SLTP

Hakim merujuk hasil Survei Toleransi Pelajar Indonesia yang dilakukan Setara Institute tahun lalu menunjukkan fakta ini. Di mana 35,7 persen siswa diketahui memiliki paham intoleran yang baru dalam tataran pemikiran; 2,4 persen sudah menunjukkan sikap intoleran dalam tindakan dan perkataan; dan 0,3 persen berpotensi menjadi teroris.

Survei ini, kata dia, dilakukan atas 760 responden yang sedang menempuh pendidikan SMA Negeri di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat. Penelitian serupa yang dilakukan oleh banyak lembaga lain, seperti Wahid Foundation dan PPIM juga menemukan hasil yang tak jauh berbeda.

“Ancaman intoleransi dan radikalisme di ruang sekolah rupanya tak hanya menggerogoti siswa, tetapi juga guru. Temuan Maarif Institute di awal tahun ini menyebut ada peran guru dalam penyebaran radikalisme di sekolah,” kata Hakim.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,150