Budaya / SeniCerpen

Ruang Yang Gelap

Cerpen: Agus Yulianto

Kisah ini berawal di sebuah Pantai  Sari Ringgung, inilah yang mempertemukan Aku dengan Kau. Pertemuan itu memberikan kesan mendalam untukku. Petikan gitarmu mengalunkan melodi kerinduan. Suaramu yang merdu memikat hati. Aku mendekati dan berkenalan denganmu. Kau ternyata seorang musisi pelantun lagu-lagu cinta.

Seiring waktu hubungan kita semakin mesra. Bukan hanya sebagai teman, lebih daripada itu. Kau telah menjadi kekasihku. Seakan waktu begitu cepat untuk mempersatukan kita. Sebuah cincin permata  kau masukan ke dalam jari manisku. Sebuah pertanda kau menjadi milikku selamanya. Pernikahan sesuatu yang sakral terjadi antara aku dan Kau. Aku pun merasa menjadi lebih baik ketika aku berada di sisimu. Aku pun sempat berfikir darimana  cincin yang berharga ini, karena  sebuah mahar yang mahal bagiku.

Di malam yang kita nanti akhirnya terjadi juga, malam pertama ini aku mempertanyakan tentang sebuah makna cinta padamu.

“Apakah arti cinta bagimu?”,tanyaku.

“Cinta itu ketika aku berada disisimu aku merasakan kebahagiaan. Ketika kau jauh aku merasakan kesepian.”

Kalimat yang begitu indah, merayu hati, dan melambungkan ke segala penjuru. Seakan hidup ini indah tak ada sedikit pun luka.

“Jangan  khawatir.  Aku  akan  membahagiakanmu”

“Kau akan membahagiakan aku dengan apa. Cinta saja tidak cukup bagiku.”

“Apapun yang kau pinta akan aku berikan untukmu. Karena kau wanita yang paling istimewa bagiku.”

“Karena semua itu mustahil bagimu.”

Ketika tanganku membelai wajahmu, cahaya cincin  permata itu menyilaukan pandanganku ketika ingin menatap matamu. Aku masih mempertanyakan tentang cincin ini. Namun, Aku tidak ingin merusak malam pertamaku.

Malam ini begitu membahagiakan, kau  suguhkan sebuah  syair indah untukku ; Kekasih, Aku takut terganggu sunyi oleh bunyi napasku. Kekasih, genggamlah aku. Takut aku bersentuhan dengan apa pun. Jangan ada suara yang lirih pun agar sunyi terjaga. Jangan ada suara, sungguh jangan ada bisikan apa-apa. Kubaringkan tubuhku yang letih. Kupejamkan mataku. Bertahan pada sunyi, kekasih di tepi ranjang ini ku ingin kau berjaga membelai.1

Begitu indah syair itu. Kecupan manis pun mendarat  di  bibirku. Kau merebahkan tubuhku dan malam itu aku hanya bisa pasrah. Aku nikmati kecupan demi kecupan. Belaian demi belaian membawa anganku melayang jauh ke surga. Rembulan pun menampakkan kehadirannya tanpa malu-malu. Keindahan rembulan menemani malamku. Semakin membuatku percaya bahwa tidak ada sia-sia di dunia ini tentang cinta.  Kita menikmati  keindahan surga di malam ini.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Malam  ini langit begitu cerah, deburan ombak dan hamparan pasir putih sungguh indah  terlihat dari atas bukit Pantai Sari Ringgung  di Desa Sidodadi,  Lampung menjadi saksi ikrar antara Aku dan Kau.

1. Petikan puisi Tidur Yang Panjang karya Emha Ainun Nadjib (1953)

.Esok paginya, Kau  meninggalkan aku sejenak. Kau akan pergi menemui teman-temanmu di sebuah Hotel bintang lima di Lampung. Aku jabat erat tanganmu. Kau menarikku masuk ke dalam pelukanmu. Aku  merasakan degup jantung yang berirama aneh seperti lagu lama yang samar dalam ingatan. Cincin bermatakan emas permata pemberianmu yang masih melingkar di jemariku memberikan sebuah tanda tanya tentang siapa dirimu. Biarlah cincin ini yang memberikan jawaban siapa sesungguhnya kau. . Meskipun aku berstatus sebagai istrimu, aku belum bisa mengungkap kehidupan pribadimu. Aku hanya mengenal dirimu sebagai musisi dan lelaki yang telah meluluhkan hatiku.

***

Semenjak kepergianmu menyisakan tanda tanya bagiku. Sudah tiga hari kau belum kembali. Sebagai istrimu aku merasa ada sesuatu yang telah terjadi padamu. Semenjak menjadi istrimu ikatan batin ini begitu kuat.  Waktu kulalui hanya memikirkan keberadaanmu. Aku mencoba menghubungi dirimu tapi tidak pernah aktif nomormu. Hanya cincin ini yang selalu menemani sepiku. Tiba –tiba saja aku di kagetkan dengan suara dering Handphoneku. Aku langsung mengangkatnya bahwa aku yakin itu dirimu

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Suara itu membuatku lemas seketika.  Aku hanya terduduk tidak berdaya. Kaki ini seakan rapuh. Ternyata pihak kepolisian menghubungiku.  Ada kabar bahwa kau terjaring razia. Aparat polisi menemukan sebungkus pil ekstasi di kamar hotelmu.  Kau  tertangkap dalam kondisi tidak sadarkan diri. Akhirnya, kau digelandang ke kantor polisi. Ternyata bukan hanya sebuah ekstasi saja, tetapi ditemukan juga sehelai pakaian seorang wanita di kamarmu.

Aku semakin hancur mendengar kabar itu, terlintas dipikiranku untuk bunuh diri. Aku mengambil sebuah pisau lipat di meja makan. Mungkin akan damai rasanya jika mati. Pikiranku sangat kalut sekali. Seperti masa depan yang melambaikan selamat tinggal. Aku pun tersadar ketika melihat cincin permata di jemariku. Aku pandangi cincin ini terlihat sebuah bayang-bayang wajahmu. Apakah ini jawaban tentang siapa dirimu?

***

Pada suatu malam aku melangkah menuju sebuah rumah yang menyimpan kisah  hidupku. Disudut kamar kecil aku rebahkan tubuh ini. Memejamkan mata sejenak dan tidak memikirkanmu lagi.  Memang berat bagiku untuk melupakan dirimu. Bagaimanapun  juga kau orang  pertama  mengisi  hatiku? Cinta pertama selalu berkesan. Meskipun aku dibuat hancur seketika.

Semenjak  kejadian  itu  aku  tidak  bisa  memaafkan  dirimu. Kau bermain cinta di belakangku. Menyesal sungguh aku mengenal dirimu. Air mataku menetes seketika. Mengapa ini harus terjadi. Aku banting seketika foto pernikahan kita. Biar bayang wajahmu pergi jauh dari hidupku.

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Maafkan, aku khilaf. Aku masih menyanyangimu. Aku tidak ingin meninggalkan dirimu. Sebuah pesan sms singkat yang mengharap belas maaf dariku.

Muak aku membacanya. Aku banting handphone seketika. Aku menangis di sudut kamar kecilku. Sumpah serapah keluar dari mulutku.

“Kau biadab, lelaki brengsek!”, tiada lelah menghujat dirimu. Bagaimanapun juga kau lelaki penipu? Wanita mana yang bisa menerima kenyataan pahit ini. Perbuatanmu itu tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Kau menduakan cinta suci ini. Semua sudah jelas, aku seperti terlempar jauh dari pijak bumi. Membentur tembok-tembok pengap, menutupi nafas sesakku. Kutimang lagi cincin indah di jemariku. Tanda yang mengikat keutuhan cinta kita berdua. Terbesit tanya, “Apakah cincin ini akan terlepas dari jemariku?”.

Secangkir Cappucino menemaniku sepi dan sendiri.  Suara ombak selalu membuyarkan lamunanku tentangmu.  Dan seminggu sudah aku tidak bertemu denganmu. Cappucino yang aku taburi racun kekecewaan  ini sungguh manis. Aku seruput sedikit demi sedikit. Tiba-tiba anganku melayang. Aku terbang ke suatu tempat yang indah. Tiba-tiba tubuh ini seperti kapas.  Terbang tak bertenaga.  Aku pejamkan mata ini. Menikmati alunan-alunan suara  yang memanggilku. Nadiku mulai berhenti berdetak. Semua gelap.

Agus Yulianto. Aktif di FLP Cabang Karanganyar. Mukim di Ngemplak RT 02/02, Suruh, Tasikmadu, Karanganyar

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 39