Cerpen

Cerpen: Amalan Cinta

Khizib dan Ketenangan Hati. (Ilustrasi: perempuan berdoa/istimewa)
Khizib dan Ketenangan Hati. (Ilustrasi: perempuan berdoa/istimewa)

Cerpen: Amalan Cinta
Karya Rifqi Hasani

Ayam berkokok menandakan waktu pagi akan segera tiba, adzan subuh mulai terdengar di surau kecil terdekat rumah Ainur, kemudian dia bangkit dari atas kasurnya, menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu’ dan melaksanakan shalat subuh di surau dekat rumahnya. Setelah shalat subuh, Ainur pulang kerumah untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke pondok. Karena hari ini Ainur mau mondok ke pesantren yang terkenal di madura yaitu pondok pesantren Al-Islah. Ainur dengan ibunya menyiapkan baju, peralatan mandi, dan barang lainnya yang akan dibawa ke pondok. Tanpa disadari, tiba-tiba sang kakek memanggilnya.

“Cuk, kamu di mana cuk?” panggil kakeknya Ainur.

“Aku di sini kek, di dalam kamar,” jawab Ainur.

“Kesini cuk, kakek ada sesuatu untukmu,” kata sang kakek.

Ainur melangkah ke tempat di mana kakek berada dengan penuh penasaran.

“Ada apa kek?” tanya Ainur.

“Kakek ada sebuah amalan buatmu,” jawab kakek.

“Amalan apa kek?” ucap Ainur dengan penasaran.

“Amalan, untuk membuat ilmu yang kamu pelajari nanti akan bermanfaat, dan bisa juga untuk cepat mendapatkan jodoh,” kata kakek dengan sedikit senyum tipis.

“Kakek bercanda kan?” ucap Ainur.

“Tidak, kakek serius, buktinya, ketika kakek masih mondok selalu membaca amalan ini, dan ternyata kakek cepat mendapatkan jodoh,” kata kakek.

“Ya udah, kalau begitu terimah kasih kek?” kata Ainur dan mengambil amalan tersebut dari tangan kakek.

Lalu Ainur dan kakeknya tertawa terbahak-bahak.

Jam tujuh pagi, mobil yang mau mengantar Ainur sudah terparkir di halaman rumahnya dan orang berdatangan untuk mengucapkan selamat menuntut ilmu serta, mendapat barokahnya kyai dan Ainur menjawab dengan kata sederhana, amin. Setelah semua sudah siap, Ainur dan orang yang mau ikut, pada naik ke mobil yang terparkir di halaman rumahnya, tapi sang kakek tidak bisa ikut, karena tidak ada orang yang akan menjaga rumah.

“Cuk jangan lupa, baca amalan yang kakek berikan tadi pagi,” kata kakek sambil mengeluarkan senyuman.

“Iya kek,” jawab Ainur sambil tersenyum.

“Cuk, kakek hampir lupa, amalan itu kamu baca sebelum tidur malam,” ucap kakek dengan sedikit tertawa.

“Oh siap kek,” jawab Ainur dengan senang.

Di perjalan ke pondok Ainur tidak sabar ingin segera sampai di pesantren Al-Islah dengan hati berdebar-debar, dia melihat disisi kanan mobil terdapat anak-anak kecil sedang bermain kejar-kejaran sehingga Ainur teringat di masa kecilnya dahulu. Dengan sekian lama duduk di dalam mobil, akhirnya rombongan Ainur tiba di pondok pesantren Al-Islah, Ainur keluar dari dalam mobil dan orang yang ikut mengantar juga pada keluar. Saat itu, pengasuh pondok pesantren Al-Islah adalah K. Fahri, Ainur masuk ke dhalemnya bersama orang tua dan orang yang ikut mengantarnya.

“Assalamualaikum,” ucap ayahnya Ainur.

“Walaikumsalam,” jawab K. Fahri

“Saya ingin memondokkan anak saya pak kiai,” kata ayahnya Ainur dengan senyum.

“Ini anak kamu,” kata K. Fahri sambil mengarahkan jari jempolnya kepada Ainur.

“Iya pak kiai,” jawab sang ayah.

“Namanya siapa?” tanya K. Fahri.

“Ainur” kata ayah.

“Ya udah, duduk,” ucap K. Fahri.

Setelah ke dalemnya K. Fahri, Ainur bersama orang tuanya memilih kamar yang cocok untuk Ainur, mereka menelusuri lorong kecil dan melihat setiap kamar, tapi sayang, kamar yang di datangi mereka sudah berisi penuh, namun ada satu kamar yang penghuninya sedikit hanya tiga orang santri, kamar tersebut sederhana, terlihat nyaman ditempati, dan terbuat dari bambu yang di beri nama, kamar Blok/06. Ainur memilih untuk tinggal di kamar tersebut. Setelah selesai menemukan kamar, Ainur pergi ke masjid untuk melakukan sholat sunah dhuha yang di kerjakan dengan khusu’ olehnya, kemudian setelah sholat dhuha, Ainur pergi kearah orang tuanya yang berada di serambi masjid tersebut, Ainur duduk di samping mereka dengan sopan, lalu sang ayah bertanya kepada anaknya yang tersayang itu.

“Nak, kamu mau minta berapa uangnya?” kata ayah dengan senyum tipis.

“Terserah Yah, yang penting cukup sampai kiriman nanti,” jawab Ainur.

“Iyah udah, ayah berikan seratus lima puluh ribu rupiah dalam satu minggu,” ucap ayah.

“Iya Yah,” kata Ainur pasrah.

“Awas jangan sampai hilang,” pesan Ayah.

“Ok Ayah,” ucap Ainur sambil tersenyum.

“Pesan Ayah dan Ibu, kamu belajar yang rajin dan jangan sampai bertengkar sama temannya,” kata Ayah seraya berpesan.

“Iya Ayah,” jawab Ainur.

“Kalau begitu, Ayah, Ibu, dan orang-orang mau pamit pulang,” ucap ayah.

Ainur menjawab dengan tenang meskipun dirinya masih kurang bersama orang tuanya “iya”

Orang tuanya Ainur, dan orang-orang yang ikut mengantar pada naik ke mobil, saat itu Ainur ingin nangis, tapi tidak bisa untuk mengeluarkan ait matanya, ketika mobil yang mengantar Ainur tadi sudah semakin jauh dihadapannya, sebuah air mata mulai mengalir di atas pipi Ainur, kemudian dia pergi ke kamarnya dengan langkah pelan dan menundukkan kepalanya dengan tangis yang semakin menjadi.

K. Fahri menjadi imam ketiaka shalat jamaah isya’ berlangsung di masjid pondok pesantren Al-Islah. Ainur berada di shaf paling belakang, karena dia masih malu untuk berada di shaf terdepan. Selesai shalat isya’, Ainur pergi ke kamarnya sebab pikirannya masih terbayang pada rumahnya, di kamar Ainur sendirian, dia menjatuhkan badannya ke lantai dan kepalanya disandarkan pada bantal, Ainur memikirkan apa yang ia lakukan selama ini di rumahnya setelah shalat isya’, tetapi Ainur ingat bahwa sebelum tidur malam, dia mendapat amanah dari kakeknya untuk membaca amalan yang diijazahkan ke dia, Ainur mengambil amalan tersebut dari dalam lemarinya lalu membacanya dengan teliti.

“Assalamu’alaikum, halo Ainur,” ucap seorang perempuan yang tak dikenal.

“Waalaikumussalam, hai, siapa ya,” jawab Ainur.

“Aku suka sama kamu,” ujar perempuan yang tak dikenal tersebut dan menghampiri Ainur lalu memegang tangannya.

Ainur terbangun dari tidurnya dan dia sadar bahwa tadi dia sedang bermimpi ada seorang perempuan yang menghampirinya dan bilang kalau dia suka sama Ainur. Kejadian ini terjadi sampai tiga malam berturut-turut sehingga hatinya Ainur penasaran, dia ingin tahu siapa sebenarnya perempuan yang selama ini ia mimpikan.

Sehabis shalat subuh, Ainur bersantai santai di tangga masjid pondoknya sambil memikirkan seorang perempuan yang dia mimpikan selama tiga malam berturut-turut, tanpa setahu Ainur, tiba-tiba dari arah belakang ada teman kamarnya yang bernama Agus mengejutkan Ainur.

“Kok sendirian,” kata Agus.

“Duh, kirain siapa,” jawab Ainur dengan kaget.

“Ikut aku yuk,” agus mengajak Ainur.

“Mau kemana?” Ainur penasaran.

“Ke bukit,” ucap agus tersenyum.

“Mau ngapain ke sana?” Ainur membalas.

“Ya gak ada, ketimbang tidak ada yang kita lakukan di pondok, kita jalan-jalan aja ke atas bukit sambil menghirup udara segar di pagi hari, lagi pula sekarang gak ada ajian kitab” kata Agus.

“Ya udahlah, aku mau ikut,” ucap Ainur pasrah.

Agus dan Ainur berangkat kebukit dengan berpakaian lengkap kecuali sandal mereka yang tadi dilepas.

“ Di pesantren Al-Islah, ada santriwatinya juga ya Gus,” tanya Ainur.

“Ada, emangnya kenapa?” jawab Agus sambil senyum.

“Di mana pondoknya?” tanya Ainur lagi.

Ketika Ainur dan Agus asyik berbincang-bincang, tiba-tiba di depan mereka, ada dua santriwati sedang berjalan kearah Ainur dan Agus.

“Gus, ada santriwati!” kata Ainur.

“Iya, mereka dari mana ya?” Agus kebingungan.

“Gak tahu,” Ainur membalas.

Ketika saling berlawanan, Ainur menatap salah satu dari santriwati tersebut.

“Kok dia seperti perempuan yang dimimpikan aku ya,” kata hatinya Ainur.

“Nur,” ucap Agus untuk menyadarkan Ainur dari lamunannya.

“Apa?” Ainur membalas.

“Mengapa kamu menatap santriwati itu?” tanya Agus dengan penasaran.

“Gak ada, cuma menatap saja,” Ainur sambil senyum.

“Pasti ada yang gak beres nih,” kata Agus.

“Udahlah, kita teruskan saja perjalanan ke bukit,” jawab Ainur malu.

“Aku pengen tahu siapa dia sebenarnya,” hatinya Ainur berkata lagi.

Sepulangnya dari bukit, Ainur memutuskan untuk pergi ke masjid pondoknya dan Agus pergi ke kamarnya karena ingin istirahat. Di masjid Ainur memikirkan bagaimana caranya dia bisa bertemu lagi dengan santriwati yang ditatapnya di bukit, kalau mengirim surat, Ainur tidak tahu namanya, kalau masuk ke pondok santriwati, takut katahuan pengurus pesantren. Tiba-tiba Ainur mendengar ada seseorang yang sedang memanggil namanya dari pintu gerbang posko kiriman santriwati.

“Nur, kesini sebentar,” kata penjaga gerbang.

“Iya kak, sebentar,” jawab Ainur.

“Ada apa kak?” Ainur kambali bertanya

“Ada surat dari santriwati yang namanya Mila,” ucap penjaga gerbang.

“Saya tidak kenal dengan santriwati yang namanya Mila” kata Ainur dengan bingung.

“Saya juga tidak tahu, saya hanya dapat amanah dari dia untuk memberikan surat ini kepada santri yang bernama Ainur,” jawab penjaga gerbang.

“Kalau begitu, saya terima ya pak,” Ainur sedikit senyum.

“Iya,” ucap penjaga gerbang.

Ainur membuka sebuah surat yang diterimanya dari santriwati bernama Mila dan dibaca menggunakan hati. Isi suratnya tidak begitu banyak hanya ada beberapa baris yang isinya berbunyi.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maaf, kalau surat ini sudah mengganggu aktivitas dan belajarmu. Selanjutnya saya ingin memperkenalkan diri, nama saya Amilatuz Zahroh biasa dipanggil Mila. Saya santriwati yang kamu tatap dibukit tadi pagi. Tatapan matamu membuat diriku jatuh cinta sama kamu.

Wassalamualaikum wr. Wb.

Membaca surat yang ia kirim Ainur seperti bermimpi. Tanpa berpikir panjang Ainur ingin membalas surat tersebut untuk mengajaknya ketemuan di bukit. Keesokan harinya, Ainur langsung mengirim surat lewat penjaga gerbang yang kemarin untuk di berikan kepada Mila, surat yang dikirim berbunyi.

Assalamualaikum wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, perkenalkan nama saya Ainur Rifqi biasa di panggil Ainur, aku juga suka sama kamu, kamu sangat cantik, bola matamu yang indah, aku ingin kita ketemu di bukit besok pagi pada jam lima pagi.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Di pagi yang cerah, Ainur berangkat ke bukit sendirian dengan melangkah agak cepat, karena dia takut Mila sudah menunggu lama di bukit sana. Sesampainya di bukit, ternyata Mila belum datang juga.

“Di mana Mila, kok belum datang, ini kan sudah jam setengah enam pagi”,kata Ainur dalam hatinya. Namun tanpa diketahui, ada seseorang yang sedang bertepuk tangan dari arah belakang, Ainur merasa penasaran dan ternyata ketika menoleh ke belakang, ada Mila yang duduk di sebuah batu besar, Ainur berlari menghampiri sosok Mila yang lagi duduk diatas batu besar tersebut.

“Maafkan aku Mila, aku membuatmu menunggu lama di sini,” kata Ainur dengan wajah lelah.

“Iya, aku maafkan,” jawab Mila dengan santai.

“Kamu sudah lama menunggu ya?”acap Ainur seraya bertanya.

“Tidak, aku baru sampai juga,”Mila membalas.

“Aku mau bicara sesuatu untukmu,” kata Ainur.

“Mau bicara apa ayo jangan malu-malu,” Mila penasaran.

Dengan terbata-bata Ainur mulai bicara “a,a,aku cinta kamu, i love you”

“Kamu suka sama aku?”Mila tersenyum.

“Iya,” jawab Ainur dengan penuh semangat.

“Sebenarnya aku juga sama kamu dan aku terima cintamu,” ucap Mila dengan senang.

Mulai sejak itu, Ainur dan Mila sudah resmi berpacaran, Ainur teringat kepada amalan yang diberikan oleh kakeknya sebelum dia berangkat mondok. Ternyata amalan tersebut benar-benar cepat mendapatkan jodoh, Ainur dan Mila pulang sambil berpegangan tangan dan pulang ke pondok mereka masing-masing. Kemudian Ainur memberi nama amalan tersebut dengan nama AMALAN CINTA. #

Related Posts

1 of 3,079