NUSANTARANEWS.CO – Santoso tewas usai terjadi baku tembak antara kelompok sipil bersenjata dengan Tim 29 Bravo, 515 Raider Kostrad dalam Satuan Tugas (Satgas) Tinombala di pegunungan Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Senin Sore (18/7) dua hari lalu, sekitar pukul 17.00-17.30 WITA. Tewasnya Santoso tersebut melahirkan adanya saling klaim antara POLRI dengan TNI.
(Baca: Santoso Tewas Ditembak Tim 29 Bravo, Raider Kostrad)
Oleh sebab itu, Wakil Ketua Komisi I DPR Ahmad Hanafi Rais menyesalkan adanya saling klaim antara TNI dan Polri yang berhasil menembak Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso tersebut. Menurutnya, hal ini tidak boleh terulang ke depan.
“Ketika salah satu atau keduanya mencari kredit, akan mengganggu institusi ini,” kata dia, Kamis (20/7).
Menurut Hanafi, penembakan Santoso ini merupakan keberhasilan aparat negara, dan bukan masing-masing institusi. Ia memuji pembagian peran yang sejak awal direncanakan kedua aparat militer RI.
(Baca juga : Raider 515 Kostrad Unjuk Gigi, Santoso Ditembak Mati)
“Ada pembagian tugas efektif (TNI-Polri) terbukti santoso dan pengikutnya tertangkap ada yang hidup dan mati,” katanya.
Ia juga membantah, bahwa di balik pembunuhan Santoso karena memperebutkan dana asing. “Kalau rebutan anggaran nasional mungkin,” katanya. (Achmad)