ArtikelTerbaru

Lima Asumsi Penyebab Terorisme?

serangan norwegia, anders breivik, serangan teroris, studi terorisme, fokus terorisme, kontra-terorisme, radikalisasi, operator teroris
Pelaku tunggal serangan Norwegia 2011, Anders Behring Breivik. (Foto: AP)

NUSANTARANEWS.CO – Sebelumnya kita telah mengulas bahwa terjadi peningkatan besar-besaran dalam bidang studi terorisme setelah serangan 9/11. Di Amerika Serikat sendiri telah terjadi peningkatan yang signifikan untuk bidang studi terorisme. Pusat-pusat kajian utama dengan fokus terorisme, kontra-terorisme, radikalisasi, dan sebagainya mulai banyak diminati terutama di lembaga-lembaga akademis, termasuk think tank dan LSM.

Adalah Rand Corporation yang berpusat Washington DC, mungkin yang paling terkemuka dan bergengsi diantaranya. Sebagai informasi, Rand Corporation adalah sebuah lembaga kajian yang telah merancang proyek “Balkanisasi Nusantara”, setelah sukses memutilasi Yugoslavia menjadi negara kecil-kecil berdasarkan etnis.

Baca: Melacak Asal Mula Gelombang Terorisme

Bahkan Amerika berhasil membuat terobosan menarik dalam bentuk pelatihan-pelatihan, terutama terutama bagi mereka yang bekerja di bidang kontra terorisme. Bahkan Oklahoma, kini tumbuh menjadi salah satu pusat studi terorisme terkemuka di Amerika. Oklahoma mengambil inisiatif untuk melawan terorisme sejak mengalami serangan oleh Timothy McVeigh tahun 1995 yang meledakkan sebuah bangunan, dan menewaskan 150 orang. Akibatnya banyak orang sadar bahwa penting untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang terorisme.

Baca Juga:  Survei Sering Unggul, Khofifah-Emil Berpeluang Menang Besar di Pilgub Jawa Timur

Paralel dengan perkembangan pesat studi terorisme dan kontraterorisme, juga mulai banyak peneliti-peneliti perempuan yang ambil bagian. Misal Martha Krenshaw, yang kini menjadi salah satu peneliti terorisme yang paling terkenal. Dia dianggap sebagai ibu baptis dari penelitian teror dari perspektif sejarah. Dia menulis buku Terrorism Context, sebuah karya bagi mereka yang ingin belajar lebih banyak tentang sejarah, asal-usul terorisme.

Misalnya lagi, Mia Bloom yang menulis buku tentang mengapa wanita terlibat dalam terorisme. Atau Jessica Stern tentang terorisme bunuh diri. Lalu Anne Speckhard yang menulis tentang perempuan terlibat dalam perang di Chechnya.

Tapi akibat booming ini wawasan apa yang telah dihasilkan. Dan pertanyaan yang paling penting, apa kita tahu lebih banyak tentang terorisme dan kontra-terorisme sebelum 9/11?

Beberapa sarjana terkemuka menunjukkan sikap yang kritis terhadap produk-produk dari studi tentang terorisme. Andrew Silke misalnya, pada tahun 2004 menulis sebuah buku yang sangat kritis tentang hasil studi terorisme segera setelah 9/11. Magnus Ranstrorp, yang berafiliasi dengan Swedia National Defense College, menyatakan perlu sebuah argumentasi yang kuat, kritis dan pendekatan analisis alternatif. Alex Schmid, dengan Pusat Kajian Internasional untuk Kontra-Terorisme, di The Hague. Menilai positif perkembangan studi terorisme dengan apa yang telah dicapai sampai sekarang ini.

Baca Juga:  Winning the US Election, King of Morocco Congratulates Trump as the Next US President

Banyak peneliti terorisme yang melihat fenomena terorisme sangat spesifik, misal kepada modus operandinya. Sehingga muncul pandangan tentang minat terorisme terhadap penggunaan senjata pemusnah massal. Disusul kemudian banyak buku, artikel, dan laporan dipublikasikan tentang hal itu. Bila itu benar, jelas ini merupakan perkembangan yang sangat mengkhawatirkan. Tapi bila salah. Jika kita mengacu kepada fakta-fakta yang ada, fenomena serangan teroris di kebanyakan negara, bukanlah ancaman fisik yang besar. Dan jarang serangan teroris mencapai skala 9/11, atau Bombay.

Baca juga: Potret 200 Tahun Fenomena Terorisme

Perkembangan yang menarik lainnya adalah munculnya lone wolf terrorism, atau lone operator terrorism. Hal ini telah menarik perhatian banyak orang mengingat serangan yang mengerikan di Norwegia oleh Anders Breivik. Apa yang memotivasi orang-orang ini, mengapa mereka melakukannya, apa yang bisa kita lakukan terhadap hal itu.

Sekarang apakah kita tahu lebih banyak tentang terorisme dan kontraterorisme dari katakanlah, 12 tahun yang lalu? Jawabannya adalah ya. Ya, kita tahu lebih banyak. Tapi tentu saja, masih banyak kendala yang belum teratasi, terutama masalah definisi.

Baca Juga:  Pramono Anung Apresiasi Pelaksanaan AI & Robotic Innovation Expo 2024

Singkatnya, kita sudah tahu lebih banyak tentang terorisme. Dan dapur para akademisi telah menghasilkan asumsi yang sangat menarik tentang penyebab, mekanisme dan proses terkait terorisme dan kontra-terorisme. Ada lima asumsi yang menarik. Dan lima asumsi ini adalah sebagai berikut. First is terrorism is caused by poverty. Terrorists are crazy. Terrorism is increasingly lethal. And the last two are terrorism is predominantly anti-western, and terrorism is successful. Nah, bagaimana asumsi ini? Apakah mereka benar, sebagian benar, atau palsu. Kita akan coba bahas berikutnya. (Agus Setiawan/diolah dari berbagai sumber)

Related Posts

1 of 21