PolitikResensiRubrika

Potret 200 Tahun Fenomena Terorisme

Potret 200 tahun terorisme
Potret 200 tahun fenomena terorisme. Yasser Arafat, pemimpin PLO dan Che Guevara, pejuang revolusioner.

NUSANTARANEWS.CO -Potret 200 tahun fenomena terorisme. Artikel sebelumnya telah mengulas bahwa kata terorisme memiliki banyak arti, bahkan banyak perbedaan bagaimana mendefinisikan istilah teroris. Berikut kita akan melihat alasan mengapa begitu sulit untuk merumuskan definisi terorisme yang bisa berlaku umum.

Alex Schmid, seorang pakar bidang studi terorisme dan kontra terorisme berusaha menjelaskan kesulitan itu. Ada empat alasan mengapa begitu sulit mendefinisikan terorisme. Mari kita lihat empat alasan tersebut.

Pertama, Schmid menyebutkan bahwa terorisme adalah konsep yang diperebutkan oleh ilmu sosial, hukum, dan politik, sehingga gagasan populer sering menyimpan;. Kedua adalah terkait legitimasi dan delegitimization atau mengkriminalisasi kelompok tertentu; Ketiga begitu banyak jenis terorisme, masing-masing dengan bentuk dan manifestasi yang berbeda; dan terakhir adalah “term” telah mengalami perubahan makna selama lebih dari 200 tahun keberadaannya.

Sekarang mari kita bedah masing-masing dari empat alasan ini. Terorisme adalah konsep yang diperebutkan. Apa artinya? Penjelasan terbaik mungkin dengan melihat frase, terorisme atau pejuang kemerdekaan, atau jenis lain dari kekerasan politik oleh aktor-aktor non-negara. Misal sebut saja Yasser Arafat, pemimpin PLO, Organisasi Pembebasan Palestina, yang dianggap sebagai kelompok teroris, tapi disisi lain juga mendapat hadiah Nobel Perdamaian.

Di Turki, ada Abdullah, pemimpin partai pekerja Kurdi, PKK, yang dianggap pemberontak oleh otoritas penguasa. Abdullah di penjara. Tapi bagi sebagian orang dia dianggap pahlawan, seorang pejuang kemerdekaan Kurdi.

Kemudian Che Guevara, seorang aktivis sayap kiri revolusioner, militan, teroris, juga seorang pejuang kemerdekaan. Banyak label bisa dilekatkan padanya. Pada dekade 50-an dan 60-an, hampir tidak ada orang menyebutnya teroris. Mungkin orang lebih banyak memberi label pejuang revolusioner atau pemberontak. Tapi hari ini, mungkin banyak orang akan memberi label yang berbeda bila melihat sepak terjangnya sekarang.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Fasilitasi Doa Bersama Lintas Agama Jelang Pemilu

Lalu Pemimpin Macan Tamil, yang dalam gerakannya telah melakukan pembunuhan. Seperti kita ketahui Macan Tamil adalah sebuah organisasi yang memerangi pemerintah Sri Lanka dengan tujuan untuk mendirikan sebuah negara merdeka. Sebagian orang mengatakan bahwa itu adalah contoh klasik dari teroris nasionalis separatis, sementara di sisi lain orang menganggapnya sebagai pejuang kemerdekaan.

Masih ingat Anders Breivik, orang yang telah membunuh hampir 80 orang di Norwegia beberapa tahun yang lalu. Breivik menganut ideologi sayap kanan anti-Islam. Siapa dia? Seorang teroris? Seorang pejuang kemerdekaan? Atau sesuatu yang lain?

Alasan kedua Alex Schmid adalah terkait dengan proses delegitimasi dan kriminalisasi kelompok tertentu. Sebagai contoh misalnya dengan menempatkan kelompok-kelompok tertentu dalam daftar organisasi teroris. Dengan demikian bila Anda berada di dalam daftar itu, maka Anda dianggap sebagai kelompok organisasi kriminal dengan berbagai konsekuensinya. Mulai dari pembekuan aset organisasi sampai penangkapan anggotanya.

PBB memiliki daftar seperti itu, begitu pula Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dalam daftar tersebut, seperti yang dimiliki Amerika Serikat dan Uni Eropa, tercantum Al Qaeda, Partai Pekerja Kurdi, Aum Shinrikyo dari Jepang, serta Macan Tamil. Harus diakui bahwa banyak tekanan pada pemerintah dan organisasi internasional untuk memasukkan kelompok tertentu dalam daftar, atau untuk ke-daftar lain.

Baca Juga:  Politisi Asal Sumenep, MH. Said Abdullah, Ungguli Kekayaan Presiden Jokowi: Analisis LHKPN 2022 dan Prestasi Politik Terkini

Bahwa banyak lobi-lobi dilakukan oleh berbagai macam kelompok dan politisi untuk menambahkan kelompok tertentu pada daftar tertentu. Salah satu organisasi yang paling mendapat sorotan untuk dimasukkan pada daftar Uni Eropa adalah Hizbullah di Lebanon, kelompok militan Syiah dan juga partai politik resmi di Lebanon.

Hizbullah dianggap melakukan tindakan kekerasan di dalam dan di luar Lebanon. Salah satu tuduhan misalnya menunjuk pada peristiwa serangan terhadap para wisatawan Israel di Bulgaria. Hizbullah juga dituduh terlibat dalam segala bentuk kekerasan di Timur Tengah, termasuk Suriah. Pada bulan Juli tahun 2013, dibawah tekanan yang kuat, akhirnya Uni Eropa menempatkan sayap militer Hizbullah ke dalam daftar organisasi teroris.

Ketiga adalah kurangnya definisi dari terorisme, memang begitu banyak jenis terorisme, masing-masing dengan bentuk dan manifestasi yang berbeda. Lembaga Penegak Hukum Uni Eropa, Europol membuat daftar dalam lima kategori, mulai dari kelompok yang berdasarkan ideologi. Terinspirasi oleh agama. Terorisme etno-nasionalis dan separatis. Disini terlihat sudah tidak dibicarakan lagi kelompok-kelompok anarkis, serta kelompok-kelompok sayap kanan.

Kategori kelima adalah apa yang disebut isu tunggal. Merupakan kelompok tertentu atau individu yang benar-benar berjuang untuk satu hal. Misalnya, mereka berjuang untuk hak-hak binatang atau mereka melawan aborsi. Jadi bukan berdasarkan ideologi lagi.

Baca Juga:  Ikatan Alumni Dayah Abu Lam U Gelar Buka Puasa Bersama

Di Belanda ada sebuah contoh kasus dari perilaku individu ini. Dimana orang itu mengendarai mobil dan menabrak orang banyak, dan menewaskan beberapa orang. Tujuan orang itu adalah ingin menyerang ratu yang sedang mengunjungi sebuah kota di Belanda. Dan kata-kata terakhir yang diucapkan, “aku melakukannya dengan sengaja. William Alexander, Raja kami adalah seorang fasis, dan rasis. Aku tahu ratu akan berada disana. Nah, bagaimana memberi label insiden ini? Terorisme atau bukan? Dan bagaimana dengan negara? Mengapa terorisme negara bukan salah satu kategori Europol?

Alasan keempat mengapa begitu sulit untuk mendefinisikan terorisme, adalah melihat kenyataan “kata” terorisme telah mengalami beberapa kali perubahan fokus “semantiknya” sejak digunakan untuk menggambarkan “pemerintahan teror” oleh pihak berwenang setelah Revolusi Perancis.

Istilah teroris tidak digunakan dalam arti anti-pemerintah sebelum akhir abad ke-19 dan awal abad 20. Seperti dalam contoh pembunuhan Presiden McKinley. Di mana koran pada hari berikutnya tidak menggunakan kata terorisme. Nah, bagaimana reaksi setelah serangan 9/11. Kata yang digunakan dalam berita utama surat kabar hari berikutnya adalah kata-kata: perang, serangan, penghujatan. Tetapi di atas semua kata-kata itu: teror dan terorisme.

Contoh ini menunjukkan telah terjadi perubahan dalam arti kata terorisme selama 200 tahun keberadaannya. Dan itu masuk akal, karena fenomena terorisme itu sendiri sekarang telah berubah, baik sifat dan wajahnya.(Agus Setiawan/dari bahan kuliah Studi Terorisme)

Related Posts

1 of 3,050