NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) yang merupakan wadah bagi Sangha Agung Indonesia (Sagin) dan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) dalam pernyataan sikapnya diterima redaksi Minggu (3/1/2017) mengutuk kekerasan yang kembali terjadi di Rakhine, Myanmar. “Tindakan yang dilakukan oleh satuan keamanan Myanmar merupakan kebiadaban dan pengecut. Bagaimana mungkin pasukan bersenjata lengkap beraninya hanya dengan wanita, anak-anak bahkan bayi,” tulis KBI.
Myanmar tidak pantas lagi mengklaim sebagai negara Buddhis. Perbuatan biadab dan pengecut itu akan memetik karma yang sangat berat (Garukha) sehingga mereka akan terlahir di neraka yang paling jahannam (Avicci). Hal tersebut disampaikan oleh KBI dalam pertempuran Majelis-Majelis Agama Buddha pada tanggal 30 Agustus 2017 lalu di Jakarta Selatan dalam acara pernyataan sikap Manjelis-Mahelis Agama Buddha di Indonesia terhadap krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar.
Pertemuan tersebut dilakukan untuk merespon dan mengutuk kekerasan dan krisis kemanusiaan yang melampui batas kemanusiaan, di Rakhine Myanmar yang telah terjadi berulang kali. Demi mendukung agar konflik dan kekerasan ini dapat segera diakhiri KBI menghimbau agar semua umat Buddha di Indonesia untuk turut bahu membahu dengan segenap komponen masyarakat dan komunitas lintas agama di tiap daerah kuntuk mengumpulkan bantuan kemanusiaan guna membantu saudara-saudara kita Rohingya yang kini mengalami penderitaan luar biasa.
Juga mendorong pemerintah agar turut aktif memfasilitasi perdamaian di Myanmar melalui forum ASEAn dan PBB sehingga kekerasan dapat segera dihentikan sehingga tercapai keamanan, perdamaian dan stabilitas berkelanjutan di Myanmar demi kepentingan umat manusia.
Tak hanya itu kekerasan dan kejahatan kemanusiaan adalah musuh bersama semua agama. KBI tidak mendukung segala tindak kekerasan atas nama agama apapun dan dimanapun.
Selanjutnya KBI mengajak semua komponen masyarakat untuk bersama-sama memikirkan langkah lanjutan untuk membantu krisis kemanusiaan ini antara lain dengan turut meringankan beban para pengungsi korban-korban kekerasan tersebut dengan turut meringankan beban para pengungsi korban-korban kekerasan dengan bekerjasama dengan komunitas lintas agama dan pemerintah.
Dalam hal ini KBI, sebagai komponen Agama Buddha Indonesia sejak dahulu hingga sekarang telah mempraktikkan hidup bersama dalam keanekaragaman sebagaimana yang dijadikan semboyan persatuan bangsa, Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa. Sebuah karya leluhur yang diwariskan oleh leluhur bangsa Indonesia lewat karya Mpu Tantular ini menjadi panutan umat Biddha yang hidup dengan penuh harmonis dengan agama-agama lain serta semua komponen bangsa lainnya di Indonesia. Konflik di Myanmar yang melibatkan agama dan etnis sama sekali telah menabrak budaya leluhur bangsa dan kehidupan beragama yang telah lama dibangun di Indonesia.
Selain itu, perbuatan jahanam dan pengecut yang dilakukan oleh aparat keamanan Myanmar lebih dari pantas untuk dihukum sebagai kejahatan internasional atas kemanusiaan.
Dengan ini, KBI mengharapkan melalui pernyataan sikapnya dapat pendorong bagi segenap jajaran KBI untuk terus mendukung segala upaya luhur dengan memberikan bantuan kemanusiaan kepada saudara-saudara kita, Rohingya. Guna meringankan penderitaan korban kekerasan di Rakhine serta turut aktif mendorong terciptanya perdamaian dan keamanan di Rakhine, Myanmar.
Pewarta/Editor: Romandhon