Peristiwa

Penembakan di Orlando Amerika Adalah Teror dan Kebencian

NUSANTARANEWS.CO – Presiden Amerika Barack Obama mendesak negaranya untuk segera memutuskan untuk “menjadi negara seperti apa” pasca peristiwa penembakan di Orlando, Amerika, penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika.

Dalam konferensi pers Obama mengutuk pembantaian di Orlando, yang menewaskan 50 orang dan melukai 53, sebagai “tindakan teror dan tindakan kebencian.”

Baca juga: Istilah “Terorisme” di Waktu yang Berbeda

Komentar Obama tersebut mengasumsikan bahwa peristiwa di Orlando jawaban terhadap seruan calon Partai Republik Donald yang menegaskan kembali pelarangan imigran Muslim datang ke AS.

“Apa yang terjadi di Orlando baru permulaan. Kepemimpinan kami lemah dan kurang efektif. Saya sudah membahas dan mempertanyakan pelarangan tersebut. Harus lebih tangguh,” tulis Donald J. Trump pada 12 Juni 2016 di akun twitternya, @realDonaldTrump.

Penyerang Omar Mateen dengan pistol dan senapan, menembaki kerumunan kerumunan gay di sebuah klub malam pada hari Minggu pagi dini hari.

FBI mengatakan seseorang berusia 29 tahun, seperti yang dikenal otoritas AS, secara legal telah membeli dua senjata api sepekan sebelum peristiwa penembakan terjadi.

Baca Juga:  Sukses Gebyar Ultah Ke 18 Kartar Pemuda Bhayangkara Desa Carat

Barack Obama menyesalkan “betapa mudahnya” para penjahat membeli senjata. Artinya, legalitas undang-undang jual beli senjata belum benar-benar diperketat.

“Pembantaian di Orlando merupakan peringatan ke depan terhadap mereka yang dengan mudah bisa mendapat senjata yang dimungkinkan mereka menembaki orang-orang di sekolah, rumah ibadah, bioskop, atau di klub malam. Sekarang kita harus memutuskan bentuk atau jenis negara yang kita inginkan,” seru Obama.

Lebih lanjut Obama mengatakan penembak telah menentukan tempat “solidaritas dan pemberdayaan” sebagai target serangan, di mana “orang-orang pada datang bersama teman-temannya, untuk menari, menyanyi dan menikmati hidup dengan pesta”.

“Inilah hari yang sangat memilukan bagi kawan-kawan dan rekan-rekan Amerika yang lesbian, gay, biseksual atau transgender,” katanya.

Sementara itu, di luar Amerika Serikat, para pemimpin dunia telah berbaris untuk mengutuk pembantaian. Salah satunya seperti dalam siaran pers bahwa Vatikan mengatakan Paus Francis ingin mengekspresikan “perasaan terdalam nya” bahwa itulah “kebodohan si pembunuh dengan kebencian yang tidak masuk akal.” (Sel)

Related Posts

1 of 3