NUSANTARANEWS.CO – Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar ucapan dalam poster! Pada 20 Mei 1908 silam, sekumpulan pemuda berkumpul untuk bangkit dan bergerak menyongsong persatuan di tengah keretakan bangsa Indonesia yang dikerangken kekuatan politik Hindia Belanda. Lahirlah organisasi visioner sekaligus akar kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Dua tahun kemudian, tepatnya 20 Mei 1948 di Istana Kepresidenan, Yogyakarta digelarlah peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang pertama. Ketika itu, Presiden Soekarno menyampaikan cita-cita besarnya mengenai kebangkitan dan persatuan bangsa Indonesia.
Kini, bangsa Indonesia kembali merayakan hari Kebangkitan Nasional untuk yang ke-66 sejak pertama kali diperingati. Instansi-instansi pemerintahan, lembaga-lembaga pendidikan, OKP, LSM, dan masyarakat Netisen serentak merayakannya. Semua bahasa bijak dari para pahlawab revolusi dijadikan bumbu semangat mengucapkan selamat untuk hari Kebangkitan Nasional.
Salah satu bahasa penyemangat yang paling banyak digunakan adalah bahasa Ir. Soekarno yaitu, “Kuat Karena Bersatu, Bersatu Karena Kuat!”.
Ungkapan semangat persatuan yang senada dituliskan oleh Cak Imin (A Muhaimin Iskandar). “Rayakan Kebangkitan Nasional dengan momentum untuk kebersamaan dan berkebangsaan membangun Indonesia,” tulisnya.
Pergerakan pemuda Indonesia hari ini, khususnya kalangan aktivis mahasiswa dinilai mulai lemah. Sehingga penting bagi pemuda untuk membaca kembali semangat dan cita-cita para pendiri bangsa, khususnya sepak terjang Boedi Oetomo.
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, Imam Nahrawi menyatakan, momentum 108 hari Kebangkitan Nasional seharusnya dijadikan inspirasi nyata dan berkarakter dalam perjalan bangsa. Dengan semangat tersebut, Kemenpora adakan acara bertajuk: Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata dan Berkarakter. Salah satu pembicaranya adalah Tricia Sumarjianto penggagas House of Angklung.
“Berada di luar negeri, bukan menjadi halangan bagi kita untuk terus menjadi bagian dari tanah air. Dengan menggali potensi dan melihat peluang, kita bisa ikut punya peran ‘membangun’ Indonesia dalam berbagai bidang,” kata Tricia Sumarijanto pendiri House of Angklung, AS di acara tersebut.
Kemenpora menegaskan pernyataan Tricia terkait tugas pemuda dalam membangun Indonesia lebih baik di Harkitnas ini.
“Pemuda harus diberi ruang gerak yang luas dan bebas untuk melakukan improvisasi dan inovasi dalam memberi makna baik bagi sejarah diri, keluarga, dan masa depannya,” tulisnya.
Sudah menjadi fitrah para pemuda untuk bergerak kreatif dan produktif mendukung kemajuan bangsa Indonesia. Artinya, tidak hanya sekedar berkata-kata dengan ungkapan ‘Selamat Hari Kebangkitan Nasional’. Sebab yang paling penting adalah tindakan nyata. Seperti yang terkandung dalam sajak W.S. Rendra yaitu, ‘perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata’. Maka berjuanglah dengan kesadaran sejak hari ini, Hari Kebangkitan Nasional ini. Kaum muda yang bergerak dengan kesadaran, kesabaran, dan ketulusan merupakan pahlawan tanpa nama.
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya,” ungkap Mantan Wakil Presiden Pertama RI, Mohammad Hatta semasa hidup.
Maka berkorbanlah untuk bangsa dan negara. Sebab Indonesia tidak akan bertahan lama, jika para pemuda tidak hadir mengisinya dengan inovasi, inisiasi, dan keikhlasan dalam diri. Kita semua, kami, dan kalian adalah tumuan hidup anak-anak bangsa di masa depan.
Mari segerakan bersama untuk menjadikan Hari Kebangkitan Nasional ke-108 ini sebagai pintu menuju Indonesia yang berkeadilan, supaya tidak sia-sia ucapan selamat itu! Jika pikiran berkata bahwa Indonesia sedang terpuruk oleh sekian persoalan, itulah keniscayaan yang mesti disadari oleh segenap bangsa. Akui bahwa pemerintah masih bobrok, pemuda tak berdaya, dan agama masih belum mampu menengahinya. Maka masukilah masa terang benderang itu dengan penuh keyakinan! Adapun caranya, tidak lain dan tidak bukan dengan benar-benar bergerak, bergerak, dan bergerak menjadi diri yang kreatif dan produktif.
Jika masih lahir perasaan getir oleh situasi dan kondisi kebangsaan, hayatilah ungkapan sang proklamator kemerdekaan ini: “Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba. Jadi tetaplah bersemangat elang rajawali”. (Achmad Sulaiman)