Ada kalanya ikatan akan putus
Menemukan titik semu: luka
Dari berbagai kenangn yang terombang-ambing angan
Dan segala doa yang selama ini terpanjatkan
Semua fana, sirna seperti sumpah terkulai
Dalam benak yang kini sudah buyar
Menunggu waktu terulang kembali
Akh..memang waktunya terluka
Relung hati pedih menjelma perih
Menjelma runcing pisau
Yang menari dalam angan
Lupakan luka, lupakan kenangan
Saatnya belajar berlayar tanpa pengibar
Tanpa mesin yang menggelegar
Terombang-ambing, menunggu sampai kandas
Di dermaga luka
Untuk mengdau siapakah yang setia
Annuqayah, 31 oktober 2021
Salammu perempuan
Salammu perempuan
Memikat sejuta sunyi yang mulai jenuh
Menari seperti kunang-kunang
Untuk menghapus gelap keresahan
Kutitipkan salam kepada angin
Dan teruntuk anganku yang kini terkapar
Melihat realita yang telah tersebar
Kurasakan angin berbisik kepada hati yang terusik
Dengan adanya bintik-bintik gemintang
Deru nafasmu terasa bagai angin
Menjalar ke seluruh tubuh, berbisik aku merindumu
Benarkah itu wahai perempuanku ?
Annuqayah, 31 oktober 2021
Kamu
Melihat cakrawala indah
Di pelabuhan matamu
Mengalir seperti sunset sore hari
Dan tak bosan kutafsiri
Membakar sejuta arti
Dibalik pohon angker penuh misteri
Tersenyum bahagia
Menatap mimpi dalam realita
Ketukan pintu menemani sunyi
Di jalan setapak kau titip rindu ini
Dan semoga dirimu tetap meneani
Annuqayah 03 november 2021
Malam Ini
Malam begitu riang
Dengan suara sunyi menyendiri
Menampakkan gemintang yang mulai tertutup awan
Petanda bahwa akan turun hujan
Memadu rasa denganku yang gundah
Mengkoyak tubuh yang mulai resah
Membakar pepohonan seperti api kecemburuan.
Matamu ranum dan indah
Menari-nari didalam bunga mawar
Menyerbak aroma kasturi
Yang lama terpantri
Semoga kau melihat awan
Yang indah menggelora, gemuruh
Untuk menghujam dada dengan hujan.
Sebab, hati yang selama ini bungkam
Lihatlah disana kasih!
Itulah aku lelaki fana
Memompa darah yang hampir pecah
Memahat rasa, memadu cinta
Terbakar api kerinduan
Terkapar kesedihan.
Angin terasa dingin
Menerpa diri ini yang nahas
Mencipta perihal luka
Terjatuh, terinjak, terkikis waktu
Menjadi debu
Annuqayah, 01 november 2021
Tahun Ke Tahun Yang Akan Dilewati
“Suatu saat nanti, yang termaktub akan terjadi
Dari alkisah menjadi peristiwa”
Pohon-pohon rimbun menjadi kebun
Dari ladang menjadi bangunan
Akan tetapi embun telah menyayat
Pada tubuh ini yang terlelap
Annuqayah, 02 November 2021
Surat Kecil Buat Adikku
Adikku
Kenapa kau meracau pada angin
Berbisik kepada angan
Dan mendengarkan debur ombak berpadu lagu
Akannkah menenangkanmu? adikku
Sungai mengalir dari hilir
Menjelajahi akar pepohonan
Tersaring menjadi pemandangan
Yang indah bersama senyuman
Menantimu disetiap kecupan
Supaya bintik-bintik rindu
Berpadu menjadi satu
Melesat indah di gelapnya malam
Merajut aksara menjadi doa
Ku menengadah, mengadu kepada tuhan
Bahwa aku sedang merindumu, adikku
Anuuqayah, 02 November 2021
Senja
Kelopak matamu
Melukis sanubari rindu
Pada kegelapan malam
yang indah nan syahdu
menyusuri jalan setapak lekuk wajahmu
dihimpit pelipis mata dan pipi merona
yang selalu kau suguhkan untukku
samar-samar, ayu wajahmu mengintip di kendela
berupaya masuk untuk hidup bersama
namun, sejengkal demi sejengkal kau berubah
menghindar dan hilang untuk sekian kalinya
kaulah senja penghantar rindu
untuk menghapus ingatan yang lalu
annuqayah, 04 November 2021
*Lelaki yang lahir dengan deraian syukur 23 Mei 2003, menginjakkan kaki pertama kali di tanjung, Gedang-gedang, Batuputih, Sumenep. Mencari jati diri di PP. Annuqayah Lubangsa, mengabdi sebagai santri yang bergiat di kepengurusan Ikatan Santri Batuputih (Iksbat). Mengikuti alur kehidupan bersama Liur Pena Sastra (Lipensa), Sanggar Pangeran, Istana Pers Jancukers (IPJ). Mendidik diri sebagai OSIS dan Siswa MA Tahfidh Annuqayah, bisa menjalin silaturrahim lewat E-mail [email protected] dan Ig Gelenk_Gelenk.