Puisi

Cerita Bumi kepada Hujan, Harap untuk Berharap

kemarau, cerita hujan, puisi kemarau, puisi hujan, kumpulan puisi, mim a mursyid, nusantaranews
Kemarau dan Cerita Hujan. (Foto: Twitter)

Cerita Bumi kepada Hujan

Hujan…
Kau hadir tapi tanpa jamuan
Kau berbincang tanpa keraguan
Kau pun pergi tanpa perasaan
Sekilas namun pantas
Sebentar namun penuh arti
Sesal memang untuk memahami
Manusia hanya memanfaatkan tanpa peduli
Tapi ku mohon hadirlah kembali
Untuk kami para petani

 

Harap untuk Berharap

Sedikit lagi namun lagi, lagi, dan lagi…
Disaat sudah enggan untuk berharap
Harapan tiba-tiba datang
Meminta untuk menetap
Memohon untuk ditatap
Tapi ketika waktu membalikan hati
Harapan itu pelan namun pasti
Pergi, dan menghakimi
Seolah-olah dia tidak pernah hadir…
Sebercanda dan setega itukah harapan?

 

Universitas Marga-ku

Pendidikan bergejolak
Mulai dari sistem zonasi yang dinilai sepihak
Bayaran kuliah yang membuat orang tua berteriak
Hingga gaji 8 juta yang tertolak
Dunia pendidikan memang mempesona
Mengalihkan pangkat dengan dana
Universitas bagaikan tahta dunia
Yang diperjuangkan kedudukannya
Jika ku boleh bertanya pada sajak ataupun rima
Apa yang membuat semua terkesan berirama?
Pendidikan disejajarkan dengan tren sosialita
Bukan lagi ilmu tapi gaya
Ketika ada yang berkata tentang fakta
Semua orang berbisik meng-klaim kesombongan katanya…
Cobalah untuk menelaah masalah
Tanpa menghakimi pelaku dengan kata salah
Tingkat universitas tak akan berdiri sendiri
Dia ada karena asumsi
Berhenti untuk meng-Agungkan
Jika tak ingin ada lagi kesombongan
Akan marga atas nama Universitas

 

 

 

Keterangan: Cerita Bumi kepada Hujan, Harap untuk Berharap dan Universitas Marga-ku adalah puisi-puisi karya Inayah

Related Posts

1 of 40