NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Hasil survei tentang elektabilitas terkini dari kedua pasang calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) menunjukkan hasil elektabillitas yang berselisih tipis. Selisih ini mengharuskan kedua pasang capres-cawapres untuk lebih waspada. Hasil survei tersebut dirilir oleh Lembaga survei Median.
Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, menyampaikan, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf 47,7 persen dan Prabowo-Sandi 35 persen. Dengan selisih 12 persen kedua pasang calon diminta berhati-hati.
Baca Juga:
- Elektabilitas Jokowi Jatuh di Kalangan Milenial
- Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Amin Terjun Bebas, Prabowo-Sandi Naik Signifikan
- Hasil Survei Elektabilitas Jokowi Berbanding Lurus dengan Elektabilitas Dollar
“Bicara pengalaman Pilpres (sebelumnya), selisih ini tidak terlalu tebal, artinya keunggulan ini masih bisa disamakan Prabowo kalau mereka ingin mengejar. Survei ini memberikan warning bagi kedua calon,” kata Rico dalam paparan survei ‘Elektabilitas Capres: Mampukah Jokowi Berlari Kencang dan Prabowo Mengejar?’ di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (27/11/2018) kemarin.
Rico menyatakan, di lain sisi untuk mempertahankan elektabilitasnya Jokowi harus menyelesaikan kebutuhan dasar seperti listrik dan sembako. Selain itu, isu seperti lapangan pekerjaan dan nilaintukar rupiah juga menjadi sorotan. “Kekhawatiran nilai tukar rupiah terhadap dolar sama sekali belum pulih sejak Jokowi menjabat,” ungkapnya.
Untuk Prabowo, lanjutnya, ia meminta mantan Danjen Kopassus itu untuk membentuk figur yang mampu menyelesaikan persoalan ekonomi dengan lebih baik ketimbang petahana. “Persepsi atas kompetensi itu yang sampai sekarang belum mampu dikomunikasikan dengan baik oleh Prabowo terhadap publik,” kata dia.
Berdasarkan survei terbaru Median yang dilakukan pada 4-16 November 2018, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf tercatat sebesar 47,7 persen. Sementara itu, elektabilitas Prabowo-Sandiaga tercatat sebesar 35,5 persen.
Dengan demikian, tercatat selisih elektabilitas keduanya sebesar 12,2 persen. Kemudian, ada sekitar 16,8 responden yang tidak menentukan pilihan atas kedua pasangan capres-cawapres itu. “Keunggulan yang dimiliki oleh Jokowi adalah publik melihat dia sudah melakukan sesuatu. Namun, masih ada problem kehidupan sehari-hari yang tidak atau belum dirasakan solusinya oleh masyarakat,” ujarnya.
Keunggulan Jokowi merujuk kepada pembangunan infrastruktur yang sudah dilakukan selama empat tahun ini. Namun, ternyata hal itu belum mampu mendongkrak elektabilitasnya yang masih berada di bawah 50 persen.
“Kita harus lihat kenaikan harga-harga sudah sejak 2017. Dimulai dengan dimulai tarif listrik, kemudian harga bahan pokok. Nah yang dibutuhkan oleh Jokowi-Ma’ruf adalah bagaimana meyakinkan publik agar publik percaya bahwa ketika mereka nanti terpilih, harga kebutuhan pokok tidak naik atau bisa tidak sih harga kebutuhan pokok turun ketika nanti Jokowi terpilih kembali,” ungkap Rico.
Dia lantas menjabarkan temuan tentang elektabilitas Prabowo-Sandiaga yang masih di bawah Jokowi-Ma’ruf. Sebab, menurutnya, jika ada ketidakpuasan terhadap kinerja pejawat, biasanya elektabilitas oposisi cenderung menguat. “Jadi, masih terlihat kompetensi ekonomi Prabowo-Sandiaga yang belum terbangun sama sekali. Faktor kedua, gaya politik Prabowo yang keras masih menjadi sorotan,” paparnya.
Rico menyebut narasi ekonomi yang diungkapkan oleh Prabowo-Sandiaga baru sebatas mampu menahan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf. “Narasi ekonomi yang dibangun belum meyakinkan pemilih untuk memilih mereka,” tambahnya.
Survei median menggunakan sampel sebanyak kurang lebih 1.200 responden. Sampel survei diambil secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi serta gender. Kemudian, margin of error dalam survei ini tercatat sebesar kurang lebih 2,9 persen.
Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana