Kolom

Renungan Indonesia Merdeka: Menunggu Lahirnya Indonesia yang Keenam

Renungan Indonesia Merdeka: Menunggu Lahirnya Indonesia yang Keenam. Membuka data sejarah, Indonesia ternyata telah lahir lima kali. Kita menunggu lahirnya Indonesia yang keenam. Pertama kali Indonesia lahir di tahun 1850.

Itulah era pertama kali kata Indonesia ditemukan. Bukan politisi yang menemukannya tapi ilmuwan. Bukan orang Indonesia yang menciptakan kata Indonesia pertama kalinya, tapi orang Eropa.

Adalah ilmuwan Inggris Geoge Samuel Windsor Earl. Ia ahli ethnopogi. Bangsa yang hidup di pulau berserakan di wilayah geografi nusantara itu perlu ia beri nama dalam rangka tulisan ilmiah. Iapun memberi dua nama. Itu bangsa Indu-nesians, atau Melayunesians.

Di tahun 1850, ilmuwan Inggris lainnya, memberikan nama yang sama. Ia bernama James Richardson. Di tahun itu ia menulis di jurnal yang sama, Journal of the Indian Archipelago and Eastern. Ia menyebut wilayah itu dengan sebutan Indonesia.

Ilmuwan lain, juga seorang ahli ethnologi, ikut mempopulerkan kata Indonesia adalah Adolf Bastian dari Jerman. Tak boleh dilupakan juga ilmuwan Belanda C. Van Volenhoven, ahli hukum adat. Mereka berulang ulang menyebut Indonesia dalam karya ilmiahnya.

Dalam sejarah, itulah pertama kali kata Indonesia dilahirkan. Kita senang karena kata Indonesia diciptakan dalam keperluan percakapan ilmu pengetahuan.

Kedua kali Indonesia lahir di era pergerakan, 1913- 1928. Untuk pertama kalinya kata Indonesia juga digunakan elit pribumi. Tercatat yang termasuk pertama menggunakannya adalah Ki Hajar Dewantara di tahun 1913. Ia menyebut Indonesia sebagai nama Biro Pers Indonesia (terjemahan dari bahasa Belanda: Indonesische Pers-bureau).

Moh Hatta di tahun 1922 mulai pula menggunakan kata Indonesia dalam organisasi Perhimpunan Indonesia. Dr Soetomo di tahun 1925 memakainya untuk Kelompok Studi Indonesia.

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Puncak digunakannya kata Indonesia oleh elit pribumi Indonesia adalah Sumpah Pemuda 1928. Itulah momen dibangunnya sebuah bangsa bernama Indonesia sebagai sebuah entitas politik. Berbahasa satu, tanah air satu, berbangsa satu: Indonesia.

Kita pun senang, Indonesia lahir kedua kalinya oleh kaum pelajar pribumi dalam rangka pergerakan.

Ketiga kalinya, Indonesia lahir dalam momen kemerdekaan. Indonesia tak hanya identitas geofrafi (kelahiran pertama), tak hanya identitas politik (kelahiran kedua), tapi bersiap menjadi nama sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.

Serial pertama momen ini Pidato Pancasila 1 Juni 1945 oleh Bung Karno. Dilanjutkan oleh proklamasi kemerdekaan 17 agustus. Dilanjutkan kembali tanggal 18 agustus 1945 ketika disahkannya konstitusi UUD 45.

Dari sisi syarat lahirnya sebuah negara berdasarkan kehendak rakyat negara itu, sah sudah Indonesia berdiri di tahun 1945.

Namun ketidak relaan asing melepas Indonesia terus terjadi. Belanda masih terus mengklaim indonesia sebagai wilayahnya. Setelah merdeka, di tahun 1945 belum ada negara lain yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Keempat kalinya, Indonesia lahir sebagai negara yang diakui dunia international. Momen untuk itu dimulai tanggal 22 Maret 1946. Itulah momen pertama negara luar secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia.

Yang pertama kali mengakui Indonesia adalah Mesir. Setelah itu menyusul Syiria, Irak, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia, Afganistan. Kumpulan negara Islam Timur Tengah adalah rombongan internasional pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Belanda selaku penjajah Indonesia awalnya mengakui kemerdekaan Indonesia bukan di tanggal 17 agustus 1945. Menurut Belanda saat itu Indonesia masih wilayahnya. Indonesia diakui Belanda merdeka tanggal 27 Desember 1949, ketika penyerahan kedaulatan ditanda tangani di Istana Dam, Amsterdam.

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Baru tahun 2005 tempo hari, Belanda mengubah sikap mengakui kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Pengakuan itu pertama kali diberikan Belanda melalui menlunya Bernard Rudolf Bold.

Puncak pengakuan kemerdekaan Indonesia adalah diterimanya Indonesia menjadi anggota PBB ke 60. Momen itu tanggal 28 September 1950. Kelima kalinya, Indonesia lahir kembali mengubah sistem politik ekonominya. Serial perubahan ini dimulai tahun 1966 ketika Suharto menggantikan Soekarno. Yang diganti tak hanya presiden, namun haluan ekonomi.

Di bawah Soekarno, haluan ekonomi cenderung memakai jargon sosialisme ala Indonesia. Namun di era Soeharto, untuk pertama kalinya haluan ekonomi mengikuti textbook pembangunan ekonomi dunia barat, yang lebih kapitalistik.

Puncak perubahan sistem ekonomi politik adalah reformasi 1998. Suhartopun diganti oleh BJ Habibie. Di bawah Habibie dimulai sistem politik diubah dari politik otoriter menjadi politik demokrasi. Kebebasan pers, partai, civil society dibuka. Kini kita menunggu lahirnya Indonesia keenam kalinya. Belum kita tahu kapan momennya. Tapi kita bisa bersepakat menetapkan kriterianya.

Indonesia akan lahir kembali kelima kalinya adalah Indonesia yang jauh lebih baik. Tiga saja ukurannya. Kriteria pertama, saat itu Indonesia sudah dimasukkan dalam negara demokrasi yang matang. Freedom House mengukurnya dengan kriteria negara yang “Free.” Kini demokrasi di Indonesia masih “Partly Free.”

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Demokrasi di Indonesia belum sepenuhnya diakui dan dijalankan secara kultural oleh elit pentingnya sebagai the only game in town. Masih banyak elit berpengaruh yang menginginkan sistem politik lain.

Kriteria kedua, saat itu, GDP per kapita Indonesia juga sudah mencapai di atas rata rata dunia. Untuk tahun 2016, GDP per kapita (PPP) rata rata dunia sebesar USD 15, 800. Itu kondisi rata-rata dari semua negara. Yang tertinggi di Qatar dan Luxembergh di atas USD 100.000. Yang terendah di negara Afrika seperti Burundi dan Somalia. Kondisi mereka di bawah USD 1000. Indonesia juga termasuk berada di bawah rata-rata dunia. GDP per kapita (PPP) kita hanya USD 11,700.

Kriteria ketiga, saat itu kesenjangan ekonomi di Indonesia juga sudah membaik. Gini Coefisien yang baik sebagai gambaran pemerataan ekonomi di angka 0,2-0,3. Saat ini ketimpangan ekonomi Indonesia ada di lampu kuning di Gini Coefisien mendekati 0,4.

Bisakah ketiga ukuran di atas tercapai? Kapankah itu? Di bawah presiden siapa? Saat itu partai mana yang dominan di parlemen? Semua menjadi pertanyaan terbuka. Tak kita tahu jawabannya. Yang kita tahu, jika ini tercapai, merdeka sebagai jembatan emas yang diimpikan the founding fathers sudah dekat, teramat dekat.

Setiap kali kita merayakan kemerdekaan, setiap kali pula kita dambakan Indonesia dilahirkan kembali keenam kalinya. Kita impikan Indonesia yang demokratis, makmur dan adil sebagaimana diukur oleh tiga kriteria ilmiah di atas.

Penulis: Denny JA, Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network

Related Posts

1 of 18