NUSANTARANEWS.CO – Sebuah survei terbaru menyebutkan hampir tiga perempat orang Amerika khawatir AS akan terlibat konflik bersenjata dalam beberapa tahun ke depan.
Kekhawatiran ini di tengah ketegangan AS dengan Korea Utara dan statemen dari Presiden Donald Trump yang tampak seperti telah mengobarkan perang. Warga AS khawatir, dalam waktu 4 ke depan perang benar-benar akan meletus.
Selain itu juga, banyak orang percaya ancaman terbesar AS berasal dari Korea Selatan, ISIS dan Rusia. Dan hanya 2 persen orang yang percaya bahwa Iran adalah ancaman terbesar AS.
Jajak pendapat ini dilakukan NBC News/SurveyMonkey National Security, juga menemukan bahwa masyarakat AS membagi ancaman tersebut dalam bentuk senjata nuklir, serangan siber dan terorisme.
Lebih lanjut, survei tersebut juga mengungkapkan bahwa 54 persen orang AS tidak setuju dengan cara Trump menangani Korea Utara dengan konfrontasi.
Trump diketahui memang kerap kali mengeluarkan pernyataan mengejutkan dalam menyikapi Korea Utara. Dalam sejumlah statemennya, Trump mengatakan bahwa Korea Utara harus dihancurkan secara total. Pihak Pyongyang juga diketahui reaktif dengan mengancam balik atas sejumlah statemen Trump.
Kendati retorika perang Trump menjadi bahan perbincangan serta kekhawatiran, Sekretaris Negara dan Menteri Pertahanan AS memastikan bahwa jalur diplomasi adalah cara yang kini terus ditempuh AS guna menyikapi program senjata nuklir Pyongyang.
Terlepas dari itu, jika ke depan solusi damai menemui jalan buntu, perang bisa meletus kapan saja kendati sulit dipercaya. Perang memang bukan pilihan menyikapi segala macam persoalan dunia, justru perang atau konflik militer malah membuat permasalahan semakin runyam.
Hanya, yang patut dijadikan catatan bahwa Korea Utara dan Korea Selatan secara taktis masih berperang dan terlibat gencatan senjata usai perang saudara pada 1950-1953 silam. AS, Kanada, Australia, Britania Raya serta China dan Rusia.
Saat ini, pasca serangkaian uji coba rudal balistik dan senjata nuklir Pyongyang, China dan Rusia diketahui lebih condong kembali membela Korea Utara. Sementara di pihak AS, dua negara paling kentara ialah Korea Selatan dan Jepang. Pertanyaanya, bagaimana jika keenam negara tersebut benar-benar terlibat perang di Semenanjung Korea?
Mengutip Global Fire Power (GIP), total pasukan AS saat ini berjumlah 2.363.675 orang, dengan rincian 1.373.650 tentara aktif dan 990.025 pasukan cadangan.
Jumlah pasukan Korea Selatan total 5.829.750 orang. Dengan rincian 627.500 tentara aktif atau reguler dan 5.202.250 pasukan cadangan. Sedangkan Jepang memiliki total pasukan berjumlah 311.875 orang. Dengan rincian, sebanyak 248.575 tentara aktif dan 63.300 pasukan cadangan.
Sementara itu, total pasukan Korea Utara adalah 6.445.000 orang. Dengan rincian, 945.000 tentara aktif dan 5.500.000 pasukan cadangan.
Kemudian Rusia, memiliki sedikitnya 3.371.027 personil pasukan dengan rincian 798.527 tentara aktif dan 2.572.500 pasukan cadangan.
Terakhir China. Negara komunis ini memiliki total personil pasukan 3.712.500 orang dengan rincian 2.260.000 tentara aktif dan 1.452.500 pasukan cadangan.
Artinya, jika meletus konflik militer di Semenanjung Korea, setidaknya akan melibatkan sedikitnya 22.033.827 orang atau pasukan yang mempertaruhkan nyawa di medan pertempuran. Itu pun masih hanya melibatkan enam negara. Lalu bagaimana jika negara-negara tersebut juga meminta sekutu-sekutunya menerjunkan bantuan tentara? (ed)
Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews