Berita UtamaFeaturedMancanegara

Kata Rusia dan Cina: Pertemuan Vancouver Tidak Produktif dan Menciptakan Perpecahan Baru Dunia Internasional

NUSANTARANEWS.CO – Rusia dan Cina memandang pertemuan Vancaouver tidak produktif dan akan menciptakan perpecahan baru di masyarakat dunia. Seperti diketahui, pada 16 Januari 2018, para menteri luar negeri dari hampir 20 negara telah menyelenggarakan pertemuan di Vancouver untuk membahas situasi di Semenanjung Korea yang disponsori oleh Amerika Serikat (AS). Rusia dan Cina menolak hadir dalam pertemuan tersebut.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengutarakan penolakannya atas pertemuan tingkat menteri terkait Korea Utara yang akan diadakan di Kanada, pada konferensi pers di Moskwa hari Senin (15/01/2018). Lavrov mengatakan tujuan dari pertemuan itu adalah untuk meningkatkan tekanan kepada Korea Utara terkait program rudal dan nuklirnya. Rusia memandang pertemuan tersebut tidak produktif.

Demikian pula Cina yang mengkritik pertemuan itu sebagai upaya untuk menciptakan perpecahan baru di masyarakat internasional yang mengganggu pencapaian bersama untuk menyelesaikan masalah krisis nuklir di Semenanjung Korea.

Beijing juga memberikan penilaian yang tinggi dan menyetujui pernyataan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengenai pertemuan tingkat menteri di Vancouver di Korea Utara, kata jubir Kementerian Luar Negeri Cina Lu Kang kepada wartawan.

Baca Juga:  Ahli Waris Tanah RSPON Kirim Surat Terbuka ke AHY 

“Cina memberikan penilaian yang tinggi dan menyetujui pernyataan Sergey Lavrov tentang kerja sama Cina-Rusia di panggung dunia. Negara-negara kita mendukung hubungan komprehensif kemitraan strategis, melakukan negosiasi yang efektif satu sama lain,” katanya. “Baik Cina maupun Rusia selalu mematuhi prinsip dasar dan ketentuan piagam Dewan Keamanan PBB untuk menangani masalah internasional.”

Sejak meningkatnya krisis nuklir di Semenanjung Korea, Rusia dan Cina terus berupaya mengadakan komunikasi dengan Korea Utara dan meminta Pyongyang agar menghentikan program rudal dan nuklirnya sebagai imbalan atas penghentian latihan militer skala besar AS dan negara lainnya di kawasan Semenanjung Korea.

Sementara pertemuan para menteri luar negeri dari 20 negara di Kanada terkait program nuklir dan rudal Korea Utara terus mencari jalan guna meningkatkan tekanan secara maksimal kepada Korea Utara – baik secara diplomatik, finansial maupun embargo ekonomi.

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan dalam sambutannya bahwa tekanan akan berlanjut sampai Korea Utara mengambil langkah tegas untuk melakukan denuklirisasi.

Baca Juga:  Hari Kedua Lebaran 2024, Tokoh Lintas Elemen Datang Halal Bihalal ke Khofifah

Tillerson juga mendesak Cina dan Rusia untuk sepenuhnya menerapkan resolusi sanksi PBB dan memperbaiki larangan kapal untuk menghentikan pemindahan minyak dan produk lainnya secara ilegal.

Menurut sumber keamanan Eropa Barat yang dikutip Reuters mengatakan bahwa bulan lalu kapal tanker Rusia telah memasok bahan bakar ke Korea Utara setidaknya tiga kali dalam beberapa bulan terakhir dengan mentransfer kargo di laut.

Presiden Donald Trump juga menuduh Beijing bahwa pada bulan lalu telah mengirimkan minyak ke Korea Utara, namun langsung dibantah oleh Beijing.

Menarik untuk dicermati bahwa Pertemuan Vancouver ternyata menghadirkan negara-negara yang pernah terlibat membantu Korea Selatan dalam Perang Korea 1950-53. Sementara Cina dan Rusia mendukung Korea Utara dalam perang tersebut.

Korea Selatan dan Amerika Serikat secara teknis masih berperang dengan Korea Utara karena Perang Korea 1950-53 diakhiri dengan gencatan senjata, bukan dengan sebuah pakta perjanjian damai. (Banyu)

Related Posts

1 of 40