Ekonomi

Tuntutan Reformasi Terhadap Badan Perdagangan Dunia WTO

WTO
Gedung WTO/Foto Bloomberg

NUSANTARANEWS.CO – Tuntutan reformasi terhadap badan perdagangan dunia WTO semakin mengemuka. Tahun lalu boleh dikatakan sebagai tahun yang sangat menantang bagi Organisasi Perdagangan Dunia tersebut – terutama terkait dengan masalah pengenaan tarif secara sepihak oleh Amerika Serikat (AS), serta meningkatnya ketegangan pada mekanisme penyelesaian sengketa organisasi. Seperti bagaimana menyelesaikan masalah perang dagang AS-Eropa dan AS-Cina. Tidak mengherankan bila kemudian beberapa anggota WTO telah berinisiatif mengajukan proposal perlunya reformasi badan dunia perdagangan tersebut.

Ada sebuah momentum yang tumbuh di antara banyak anggota WTO untuk mereformasi badan dunia tersebut, meskipun rincian reformasi yang dikehendaki masih belum jelas pada tahap ini. Di Davos, Kanada memimpin pertemuan negara-negara “yang berpikiran sama” untuk mengukur kontribusi apa yang dapat dilakukan kelompok ini dalam penyelesaian sengketa, fungsi negosiasi WTO, pemantauan dan transparansi, serta pembangunan.

Baca: Kata Presiden Trump, WTO Telah Gagal dan Ketinggalan Zaman

Baca Juga:  APTIKNAS Luncurkan Indojual.com, Marketplace Khusus Produk IT

Dalam sebuah komunike bersama mereka berharap dapat mencapai “kemajuan signifikan” melalui forum pertemuan para pemimpin G20 mendatang di Jepang pada bulan Juni ini – untuk mencapai komitmen politik tentang bagaimana reformasi ini akan dijalankan, serta bagaimana upaya membangun konsensus di antara para anggota WTO.

Selain itu, disepakati pula untuk mengadakan “konsultasi terbuka dengan seluruh anggota yang berkepentingan, sebagai bahan rujukan pembuatan proposal guna meningkatkan fungsi deliberatif dan pemantauan WTO serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah perdagangan tanpa litigasi. Oleh karena itu, perlu penguatan badan-badan WTO yang ada untuk mencegah perselisihan sebelum meningkat ke kasus-kasus formal, sehingga mengurangi beberapa tekanan pada sistem hukum.

Sebagai tuan rumah pertemuan G-20 di Osaka pada bulan Juni mendatang, terutama terkait dengan rencana reformasi badan perdagangan dunia tersebut, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah berkomitmen untuk bekerja sama dengan Uni Eropa dalam memperkuat sistem perdagangan multilateral badan dunia tersebut.

Baca Juga:  Percepat Konektivitas, Pemkab Sumenep Luncurkan Pelayaran Perdana Kapal Express Bahari 8B

Baca: Trump Koreksi WTO, Para Menteri APEC Tolak Proteksionisme

Komitmen Perdana Menteri Jepang tersebut, dirilis setelah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Dewan Eropa Donald Tusk dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker di Brussels. Para pemimpin itu menegaskan bahwa mereka berkomitmen untuk mempertahankan pasar terbuka, serta memastikan berjalannya reformasi WTO agar lebih signifikan di zaman baru.

Kepada wartawan, Abe mengatakan bahwa mempertahankan sistem perdagangan bebas merupakan prioritas utama bagi perekonomian dunia. Abe juga menyatakan bahwa mereka sepakat untuk bekerja terkait hal ini.

Sebagai catatan kecil dari Dewan Federal Swiss Guy Parmelin, sebuah kelompok kerja “menteri mini” di Davos yang terpisah, di luar kelompok yang dipimpin oleh Kanada menunjukkan bahwa memang ada minat yang besar untuk mereformasi WTO. Diskusi reformasi WTO lainnya juga sedang berlangsung dalam format trilateral AS-UE-Jepang.(Alya Karen)

Artikel Terkait:

Related Posts

1 of 3,056