Rubrika

Transportasi Massal Dinilai Efektif Untuk Kurangi Emisi di Jakarta

Transportasi Massal di Jakarta (Foto Istimewa)
Transportasi Massal di Jakarta (Foto Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Berdasarkan hasil laporan dari Bloomberg pada tahun 2017, Jakarta masuk kategori sebagai kota dunia paling mematikan karena emisinya (polusi udaranya).

Menyikapi hal itu, menurut Ketua Umum Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Network) Mahawan Karuniasa kepada kantor berita online nasional Nusantaranews.co mengatakan solusi mengatasi masalah emisi di Jakarta kata dia adalah memaksimalkan transporatisi massal dan mengendalikan jumlah penggunaan kendaraan pribadi.

“Dalam sisi pencemaran udara, itu banyak dari kendaraan (kendaraan pribadi). Saya kira solusinya salah satunya adalah transportasi massal,” kata Mahawan Karuniasa di kawasan Jakarta Pusat, 10 Oktober 2018.

Dirinya menjelaskan, bahwa dengan menekan laju kendaraan pribadi dan fokus hanya pada pemanfaatan transportasi massal saja, menurut dia merupakan langkah efektif untuk menurunkan tingkat emisi di Jakarta.

“Jadi emisi perkapitanya rendah. Pertama itu, kemudian perilaku terhadap sampah juga harus diperhatikan pula,” sambungnya.

Baca Juga:
Jakarta Darurat Dinding Lumut
Penduduk Jakarta Rentan Terserang Alzheimer
Saatnya Indonesia Memimpin Pengurangan Sampah Plastik

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Buruknya kualitas udara di Jakarta dapat terlihat dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang angkanya lebih dari 100. Seperti diketahui, ISPU merupakan laporan kualitas udara kepada masyarakat yang menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam/hari/bulan.

Sebagai informasi, beberapa waktu yang lalu para ilmuwan iklim terkemuka di dunia yang tergabung dalam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperingatkan bahwa hanya ada 12 tahun tersisa atau sampai tahun 2030 untuk mencegah bencana iklim ekstrim terjadi karena pemanasan global dengan maksimum kenaikan suhu 1,5°C.

Editor: Romadhon

Related Posts

1 of 3,051