NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Waketum Gerindra, Arief Poyuono menilai walaupun hasil survei menunjukkan elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin semakin tinggi, tidak akan mampu menahan tingginya kurs US dollar terhadap rupiah.
“Semakin tinggi elektabilitas survei Joko Widodo-Ma’ruf Amin tidak akan mampu menahan tingginya kurs US dollar terhadap Rupiah,” kata Arief dalam keterangan resmi yang diterima nusantaranews.co, Selasa (9/10/2018).
Baca Juga:
- Harga Kedelai Ikuti Naiknya Nilai Dollar
- Rupiah Tembus Rp 15.274, DPR Minta Pemerintah Tak Jualan Pengaruh Global
- Dari Dollar ke Yuan, Gertakan untuk AS dan Jepang
Menurut Arief, di negara yang menganut demokrasi, yang jadi ukuran adalah kinerja ekonomi pemerintah petahana dan punya hubungan yang kuat dengan tingkat elektabilitas petahana yang Akan maju lagi sebagai Presiden .
“Tapi belajar dari Lima Lembaga Survei yang menyatakan elektabilitas Joko Widodo-Maruf Amin selalu leading, patut dicurigai,” ujarnya.
Pertama, kata dia, kelima Lembaga Survei opini tersebut sebelumnya di bulan Mei 2018 di undang ke Istana, artinya ada pesan pesan khusus alias pesanan survei. Serta tidak independent.
“Tidak pernah yang namanya mbahnya Lembaga Survei opini yang mensurvei pilpres di Amerika Serikat, Gallups mau diundang sama Presiden Amerika Serikat incumbent. Beda sama Lembaga Survei di Indonesia ya,” katanya.
Kedua, lanjut Arief, bahwa hasil Survei mereka tidak simetris dengan trust dari Pelaku Pasar Internasional Dan lokal terhadap kinerja ekonomi Joko Widodo.
“Gampang buktinya para pemegang Obligasi / Surat utang Indonesia mulai melepas Besar besaran Obligasi Dan Surat utang Indonesia terjadi capital flight Besar besaran, serta ketidakpercayaan para eksportir serta perusahaan penghasil US dollar untuk menahan dollar di dalam negeri,” jelasnya.
“Nah semua ini yang akhirnya membuat dollar tembus hingga 15 ribu lebih Dan menuju 16 ribu,” imbuh Arief.
Lebih lanjut dia menyampaikan, dari polling polling media online juga tidak ada yang menghasilkan kalau elektabilitas Jokowi-Maruf Amin itu lebih tinggi dari Prabowo-Sandi.
“Sangat beda jauh jika disamakan antara hasil Survei Jokowi-Maruf Amin dengan SBY-Budiono,” ujarnya.
Dimana, kata dia, setelah krisis ekonomi global 2008 hingga Pasar Saham Indonesia di suspend. Ketika mendekati Pilpres nilai Kurs Dollar beranjak turun. “Jadi kesimpulannya hasil Survei yang dilakukan oleh Lembaga yang katanya kredibel dipastikan adalah hoax dan jadi jadian ya,” tandas Arief.
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.