Politik

Termasuk Soal HAM, Natalius Sebut Banyak Intelektual Indonesia Tidak Mampu Jual Gagasan ke Publik

natalius pigai, gagasan ham, intelektual indonesia, ham, pembangunan ham, nusnataranews
Hak Asasi Manusia (human right millennium). (Foto: Ilustrasi/Elsam)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Aktivis kemanusiaan sekaligus tokoh Papua Natalius Pigai menuturkan banyak orang pintar di Indonesia tetapi tidak mampu menjual gagasan ke hadapan publik dan calon presiden khususnya menjelang Pilpres 2019 serta debat perdana capres-cawapres.

Debat capres-cawapres pertama akan mengusung tema Hukum, HAM dan Terorisme digelar pada 17 Januari. Namun sekitar sepekan sebelumnya, daftar pertanyaan akan diberitahukan ke capres-cawapres, dalam hal ini pihak Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

“Banyak intelektual jadi babu, dungu dan tolol karena otaknya tersandera kekuasaan, uang dan jabatan karena itu tidak mampu jual gagasan ke publik. Itulah intelektual kompilasi dan copy paste akhirnya diam-diam jual seakan-akan hasil otaknya ke capres supaya dilirik jadi menteri. Itu kelakuan hasil revolusi mental,” kata Pigai, Jakarta, Minggu (13/1/2019).

Pria kelahiran Paniai, Papua ini menuturkan dirinya sudah memberikan gagasan terkait konsep pembangunan Indonesia bebasis HAM untuk periode 2019-2024.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Apresiasi Peresmian 2 PLBN Oleh Presiden Jokowi

Baca juga: Konsepsi untuk Presiden RI 2019-2024: Membangun Indonesia Berbasis HAM

Dalam gagasannya tersebut Pigai menjelaskan bahwa saat ini bangsa Indonesia berada di abad ke-21 yang disebut milenium Hak Asasi Manusia (human right millennium) di mana setiap negara diwajibkan untuk menerapkan nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM) dalam pembangunan.

Menurutnya, indikator HAM terpenting dalam pembangunan adalah membangun kesadaran HAM dan partisipasi warga negara dalam pembangunan. Warga negara mesti menjadi subjek pengambilan keputusan dan pembangunan. Adanya pembangunan rakyat semesta dapat menekan kuatnya dominasi, penetrasi dan hegemoni negara dan swasta, juga memutus penumpuknya kekayaan akibat oligopoli dan monopoli jika komprador antara negara dan swasta dibiarkan.

“Banyak orang pintar di negeri ini tapi tidak mampu jual gagasan ke publik dan capres khususnya pada Pilpres 2019 dan debat putaran pertama 17 Januari 2019. Seringkali orang bertanya, apa kontribusihmu Natalius? Tidak perlu saya jawab karena semua orang republik ini sudah tahu,” ucapnya.

Baca Juga:  Risma Sudah Lama Hengkang, Masyarakat Surabaya Lebih Pilih Khofifah di Pilgub Jawa Timur

(eda/anm)

Editor: Almeiji Santoso

Related Posts

1 of 3,055